DAMASKUS, (Panjimas.com) – Operasi pengepungan pasukan rezim Assad di wilayah Ghouta Timur di ibukota Suriah, Damaskus, telah menyebabkan 2 bayi meninggal dunia, demikian menurut petugas medis setempat.
Wilayah kubu oposisi utama di pinggiran kota Damaskus, Ghouta Timur dikepung oleh pasukan rezim Assad sejak Desember 2012.
Blokade tersebut telah memaksa 400.000 penduduk di wilayah itu, berjuang melawan kekurangan gizi (malnutrisi) dan hampir semua fasilitas kesehatan disana tidak beroperasi.
Rezim Assad memperketat blokadenya dalam beberapa bulan terakhir, untuk mencegah penduduk membawa kebutuhan sehari-hari mereka melalui terowongan atau pedagang perantara.
Akibatnya, Sehar Difda, seorang bayi berumur satu bulan, meninggal dunia karena kekurangan gizi, Ahad (22/10) lalu.
Dokter setempat, Dr. Yahya Abu Yahya mengatakan bahwa bayi kekurangan gizi karena ibunya menderita kekurangan gizi karena pengepungan melumpuhkan akses penduduk, ujarnya kepada Anadolu Ajensi.
Seorang juru kamera Anadolu menangkap momen terakhir bayinya, yang tampaknya terlihat letih dan agak kurus.
Jasad Sehar Difda dimakamkan oleh keluarganya pada hari Ahad dini hari (22/10).
Bayi lainnya, bernama Ubeyde, juga meninggal dunia karena kekurangan gizi pada Ahad dini hari, menurut pusat informasi media di Ghouta Timur.
“Angka kematian bayi secara dramatis meningkat karena kekurangan susu dan makanan yang cukup,” ujar pusat informasi media Ghouta Timur tersebut dalam pernyataannya.
Dr. Ismail Hakeem, seorang dokter Rumah Sakit Darurat Al-Hakim, mengatakan bahwa para dokter mencoba memproduksi obat-obatan dari gandum, beras, dan gula.
“Sayangnya, obat itu mahal dan tidak cukup, hanya memenuhi% 10 persen kebutuhan kami,” pungkasnya.
Dia menyesalkan bahwa kekurangan makanan yang cukup, menyebabkan korban tewas meningkat di Ghouta Timur.
“Satu dari empat anak menderita kekurangan gizi,” jelasnya.
Sejak awal 2011, Suriah telah menjadi medan pertempuran, ketika rezim Assad menumpas aksi protes pro-demokrasi dengan keganasan tak terduga — aksi protes itu 2011 itu adalah bagian dari rentetan peristiwa pemberontakan “Musim Semi Arab” [Arab Spring].
Sejak saat itu, lebih dari seperempat juta orang telah tewas dan lebih dari 10 juta penduduk Suriah terpaksa mengungsi, menurut laporan PBB.
Sementara itu Lembaga Pusat Penelitian Kebijakan Suriah (Syrian Center for Policy Research, SCPR) menyebutkan bahwa total korban tewas akibat konflik lima tahun di Suriah telah mencapai angka lebih dari 470.000 jiwa. [IZ]