ISTANBUL, (Panjimas.com) – Salah satu dari 2 pelaku serangan bom yang menargetkan Stadion Sepakbola Klub Besiktas di Istanbul akhir pekan lalu, berasal dari Suriah, kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu, pada hari Rabu (14/12).
2 Serangan bom menyasar Istanbul pada hari Sabtu (10/12), yang melibatkan seorang pelaku yang membawa bom di kakinya, sementara seorang lagi dengan bom mobil. Insiden di luar stadion klub Besiktas ini menewaskan 44 jiwa, sebagian besar polisi, dan melukai lebih dari 150 korban.
Awal pekan ini, Kepolisian Turki melakukan serangkaian penggerebekan dan penahanan 568 orang atas dugaan hubungan dengan pemberontak Kurdi, pemerintah Turki berupaya mengintensifkan tindakan keras setelah adanya serangan-serangan bom.
Sebuah kelompok pemberontak yang terkait dengan Partai Pekerja Kurdistam (PKK) mengklaim bertanggung jawab atas serangan pada Sabtu malam (10/12).
“Kami selalu mengatakan kepada rekan-rekan kami bahwa kami menerima ancaman seperti ini. Dan sekarang, kami melihat bahwa pelaku serangan bom Besiktas juga datang dari Suriah,” kata Cavusoglu dalam sebuah wawancara di TGRT TV, dikutip dari Middle East Monitor. Akan tetapi Cavusoglu tidak mengatakan pelaku mana dari pembom Besiktas yang ia maksud.
Pemerintah Turki mempertimbangkan Partai Uni Demokratik (PYD) dan sayap bersenjatanya, YPG, yang menjadi cabang Suriah dari PKK, telah mengobarkan perang gerilya otonomi di tenggara Turki terutama di wilayah mayoritas berpenduduk Kurdi selama beberapa dekade.
Turki saat ini frustrasi dengan dukungan-dukungan internasional untuk YPG, yang saat ini juga sedang memerangi pasukan Islamic State (IS) di Suriah.
Beberapa anggota Partai Rakyat Demokratik pro-Kurdi ‘(HDP), kelompok oposisi terbesar kedua di Parlemen, ditangkap sejak serangan itu, kata Kementerian Dalam Negeri.
Presiden Reccep Tayyip Erdogan menuding hubungan erat HDP ke PKK. HDP, yang tahun lalu menjadi Partai Kurdi pertama yang masuk Parlemen, membantah hubungan langsung antara pihaknya dengan para ekstrimis Kurdi.
PKK, yang mengangkat senjata pada tahun 1984, dianggap sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa, serta oleh Turki. Serangan Sabtu (10/12) adalah salah satu yang paling mematikan yang diklaim oleh gerilyawan Kurdi selama beberapa dekade.
Washington mengakui PKK sebagai kelompok teror tapi tidak PYD dan milisinya, Satuan Perlindungan Rakyat (YPG).
Seperti diberitakan Panjimas sebelumnya, serangan-serangan bom di Ankara maupun Istanbul tahun ini dilakukan oleh anggota milisi kurdi YPG (Yekîneyên Parastina Gel) dari Suriah dan anggota milisi Kurdi PKK (Partiya Karkerên Kurdistanê) yang berbasis di Turki.
“YPG adalah pion dari rezim Bashar al-Assad dan rezim itu secara langsung bertanggung jawab atas serangan Ankara. Turki berhak untuk mengambil tindakan apapun terhadap rezim Suriah,” kata PM Turki bulan Februari lalu pasca serangan bom di Ankara.
YPG (Yekîneyên Parastina Gel) adalah sayap bersenjata dari afiliasi Suriah PKK (Partiya Karkerên Kurdistanê) Kurdistan Workers Party, keduanya dianggap sebagai organisasi teroris oleh Turki.
Untuk diketahui, milisi YPG yang merupakan afiliasi PKK ini, berjuang untuk kemerdekaan dan kepentingan nasionalime etnis Kurdi. Sejak puluhan tahun lamanya PKK memperjuangkan ideologi marxisme-leninis, mencita-citakan Negara Komunis dengan berbasis nasionalisme Kurdi. Dengan karakter ektrim kiri komunis yang keras ini telah lama mereka berseteru dengan Turki.[IZ]