JAKARTA (Panjimas.com) – Peneliti Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSTISTS), Nu’im Hidayat prihatian atas sikap Ormas-ormas Islam yang mengekor pada kebijakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam menyikapi fenomena Islamic State of Iraq and Sham (ISIS) di Indonesia.
Untuk membuka mata, ia pun mengajak para pemikir Ormas-ormas Islam untuk flash back bagaimana Amerika Serikat untuk pertama kali menyerang Iraq pada tahun 2003 silam.
“Sekitar tahun 2003 sekretaris kedutaan Amerika itu mengadakan pertemuan di gedung Muhammadiyah, waktu itu hadir Ormas-ormas Islam, ada HTI, Hidayatullah dan macam-macam. Kemudian sekretaris Kedutaan Amerika itu meminta pendapat Ormas-ormas Islam, bagaimana kalau menyerang Iraq? Waktu itu kebetulan saya hadir, ada pak Ismail dan lain-lain. Waktu itu saya dan pak Ismail yang paling gencar menolak. Kita berpendapat kalau Amerika menyerang Iraq, maka akan terjadi seperti Afghanistan, apa pun alasannya akan membuat rusak negara itu,” kata Nu’im Hidayat dalam diskusi “Mengukur Bahaya ISIS di Indonesia” yang digelar DPP Partai Bulan Bintang (PBB) di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (16/8/2014).
Menurut Nu’im, invasi Amerika Serikat kedua kalinya yang menyasar mujahidin ISIS, pada prinsipnya sama seperti dulu. Kepentingan Amerika tak lain hanya untuk menguasai ladang minyak di Iraq. Namun, anehnya mengapa pemerintah Indonesai justru ikut-ikutan memusuhi ISIS.
“Saya kira ini sama dengan Amerika kemarin menyerang Iraq. Dengan tiba-tiba SBY, kemudian BNPT, Djoko Suyanto dan seterusnya melakukan press coference ISIS. Kemudian Ormas Islam dikumpulkan, seperti MUI dan lainnya. Dan itu terjadi sebelum tanggal 8 Agustus. Sehingga setelah tanggal 8 Agustus itu Amerika mulai menyerang ISIS,” ungkapnya.
Di sisi lain, Nu’im pun bingung dengan sikap ormas-ormas Islam yang menuruti ajakan BNPT. Padahal BNPT selama ini menjalankan agenda Amerika Serikat.
“Di sini saya bingung kok Ormas-ormas Islam -dalam bahasa Masyumi- menjadi pak turut terhadap BNPT. Lha BNPT siapa sih? BNPT itu kan hampir 90 % menjalankan agenda Amerika,” ujarnya.
Selain itu, Nu’im juga menceritakan secara singkat bagaimana sejarah dibentuknya ISIS. Menurutnya, sebelum adanya ISIS sudah ada gerilyawan pejuang Islam yang berjuang mengusir penjajah Amerika di Iraq yang menamakan dirinya Daulah Islam Iraq.
Sehingga pada dasarnya ISIS itu telah berjuang melawan penjajahan Amerika sebelumnya, sehingga tak ada gunanya pemerintah Indonesia ikut memusuhi ISIS. “Makanya saya nulis ISIS itu musuh Indonesia apa musuh Amerika,” tandasnya. [AW]