RIVIERA, (Panjimas.com) – Seorang mahasiswa kedokteran asal Sydney Australia memutuskan untuk terbang ke Prancis setelah ia marah atas kebijakan di sekitar 30 kota-kota Perancis yang melarang pakaian renang muslim Burkini.
Dalam upaya untuk menunjukkan solidaritas dengan perempuan Muslim lain, salah satunya seorang muslimah yang dipaksa menanggalkan pakaian oleh petugas polisi Perancis, Zeynab Alshelh yang berusia23 tahun beserta ibunya mengenakan burkini di sebuah pantai di Riviera Perancis saat mereka sedang berlibur, mengutip laporan The Independent.
Tapi Alshelh mengatakan bahwa keluarganya diancam oleh pengunjung pantai lainnya, dengan mengancam akan menelepon polisi jika keluarganya tidak segera angkat kaki, sementara pengunjung lainnya menghina mereka dengan gerakan tangan yang kasar, demikian sepeti dilansir Australia Seven News Channel.
Alshelh mengatakan, “Mereka tidak senang dengan kami yang berada di sana, meskipun di pantai tersebut larangan burkini telah dicabut, akan tetapi penduduk setempat tidak senang dengan kami, pungkasnya.
“Tidak boleh ada hubungan antara terorisme dan burkini dan tidak boleh ada hubungan antara terorisme dan Islam sama sekali”, tegas Alshelh
Menanggapi reaksi itu, Alshelh bekerja sama dengan seorang Muslimah lokal untuk kembali ke pantai tersebut dengan menganakan burkini untuk meningkatkan kesadaran mereka terhadap Muslim.
Tapi sekali lagi, mereka malah diusir. Alshelh mengatakan: “Saya hanya ingin melihatnya sendiri, Saya ingin melihat apa yang terjadi di sini – mengapa hal ini terjadi – saya ingin berbicara dengan gadis-gadis yang telah melalui hal-hal semacam ini”.
Perancis mengalami situasi ketegangan rasial menyusul serangkaian serangan teror, yang telah melanda negara itu dalam 18 bulan terakhir.
Larangan Burkini diperkenalkan pada 16 Agustus setelah perkelahian umum diduga terjadi antara tiga warga Maroko dengan penduduk setempat lainnya setelah beberapa orang mengambil foto-foto seorang wanita dengan burkini.[IZ]