JAKARTA, (Panjimas.com) — Menanggapi kebijakan kenaikan harga bbm yang diberlakukan mulai Ahad (01/07), Ketua Umum PP KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) menilai Presiden Jokowi tak serius dalam mengelola negara, sekalipun yang dinaikkan adalah harga BBM non subsidi.
“Naiknya harga BBM yang kesekian kali ini membuktikan pemerintah tidak pernah serius mengelola negara. Agar rakyat diam, mereka menaikkannya di malam buta,” pungkas Ketua Umum Pimpinan Pusat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (PP KAMMI) Irfan Ahmad Fauzi dalam keterangan tertulis, Senin (02/07).
Irfan Ahmad Fauzi menegaskan bahwa pemerintah telah sengaja mempermainkan rakyat, oleh karena kebijakan kenaikan ini dilakukan secara diam-diam.
“Kenaikan harga BBM juga menunjukkan pemerintah mencekik rakyat di tengah sulitnya beban hidup”, tegas Irfan Ahmad Fauzi.
Ketum PP KAMMI periode 2018-2020 ini pun turut menuding Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (SMI) karena dinilai telah ingkar janji. Sebelumnya Menkeu Sri Mulyani dalam pembahasaan RAPBN 2017, berjanji tidak akan menaikan harga BBM.
“Dulu pas tahun 2017, Bu Sri Mulyani mengatakan tidak akan ada kenaikan harga Bbm dan gas elpiji 3 kilo. Tapi faktanya sekarang BBM dinaikkan berkali-kali,” tandas Irfan.
Irfan Ahmad Fauzi mengatakan di berbagai daerah, terbukti harga BBM khususnya pertamax dan gas elpiji 3 kg sudah naik. Ironisnya di tahun-tahun politik kondisi rakyat kian tak menentu, imbuhnya.
“Saya juga dapat info dari kader (KAMMI) di daerah, BBM sudah pada naik dan gas elpiji juga naik,” ujar Irfan.
Harga BBM naik per Ahad, 1 Juli 2018. Jenis Pertamax dijual Rp 9.500/liter atau naik Rp 600. Pertamax Turbo Rp 10.700/liter atau naik Rp 600. Sementara Pertamina Dex Rp 10.500/liter atau naik Rp 500.[IZ]