NEW YORK, (Panjimas.com) — Utusan Khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura, baru-baru ini memperingatkan Dewan Keamanan mengenai pertempuran skala penuh di bagian Barat-Daya Suriah, yang dulunya merupakan wilayah tenang, dan kini bisa menelan satu daerah dan penduduk seukuran Ghouta Timur dan Aleppo, Rabu (27/06).
Hal ini disampaikannya saat memberi penjelasan kepada delegasi dari Jenewa, Staffan de Mistura mengatakan, selama satu pekan belakangan ini hampir 50.000 orang di bagian Barat-Daya Suriah telah kehilangan tempat tinggal akibat serangan darat penuh, pemboman udara dan baku-tembak dari kedua pihak.
Dampak itu meningkatkan resiko besar bagi keamanan regional dan mengancam kemajuan yang dibuat di bidang politik, yang terpusat pada pembentukan satu komite konstitusional.
Utusan Khusus PBB ini pun mengatakan bahwa pada Juni, pihaknya telah berkonsultasi dengan Prancis, Jerman, Jordania, Arab Saudi, Inggris dan Amerika Serikat mengenai pengaturan penurunan bentrokan, sebab semua negara tersebut memiliki andil dalam proses itu dan bisa menjadi pemain penting dalam setiap kegiatan pembangunan kembali.
Selanjutnya Ia juga berusaha memajukan Pernyataan Akhir, yang disepakati dalam Kongres Dialog Nasional Suriah, yang diselenggarakan di Sochi, Federasi Rusia.
Ia telah menerima satu daftar mengenai 50 calon buat Komite Konstitusional dari Suriah dan sedang menunggu daftar serupa dari oposisi.
“Kami bergerak secara hati-hati di arah yang benar,” pungkasnya.
Utusan Khusus PBB tersebut mendesak semua pihak agar mengunakan saluran yang ada bagi perlindungan warga sipil dan untuk menyediakan jalan ke luar dari konflik itu.
Sejak awal 2011, Suriah telah menjadi medan pertempuran, ketika rezim Assad menumpas aksi protes pro-demokrasi dengan keganasan tak terduga — aksi protes itu 2011 itu adalah bagian dari rentetan peristiwa pemberontakan “Musim Semi Arab” [Arab Spring].
Sejak saat itu, lebih dari seperempat juta orang telah tewas dan lebih dari 10 juta penduduk Suriah terpaksa mengungsi, menurut laporan PBB.
Sementara itu Lembaga Pusat Penelitian Kebijakan Suriah (Syrian Center for Policy Research, SCPR) menyebutkan bahwa total korban tewas akibat konflik lima tahun di Suriah telah mencapai angka lebih dari 470.000 jiwa. [IZ]