Purwokerto, Panjimas – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti menjadi narasumber dalam acara Tabligh Akbar yang digelar di Gedung Ukhuwah Islamiyah Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Ahad (26/02). Dalam ceramahnya ia mengatakan bahwa ghibah tidak pernah menjadi budaya di Muhammadiyah.
Ia mengimbau agar warga Persyarikatan tidak melakukan ghibah digital. Berbeda dengan ghibah konvensional, ghibah digital ialah membicarakan keburukan-keburukan orang lain dengan memanfaatkan teknologi informasi. Sebagai alat, teknologi informasi semestinya digunakan untuk hal-hal yang mengandung berkah bukan amarah. Hal ini sejalan dengan misi Muhammadiyah yaitu menegakkan kesalehan digital.
“Jangan sampai nanti banyak berseliweran di grup-grup whatsapp menjelekkan orang lain. Jangan sampai nanti ada yang namanya ghibah digital. Jadi orang ghibah dengan menggunakan teknologi digital. Ghibah digital itu tidak boleh,” kata Abdul Mu’ti dalam ceramahnya.
Meski sama-sama akhlak yang buruk, ghibah digital boleh jadi dosanya berkali-kali lipat dibanding ghibah konvensional. Menurutnya, ghibah konvensional dilakukan dalam kelompok kecil dan terbatas. Sementara ghibah digital memiliki audiensi yang lebih luas dan tersimpan dalam data-data. Karena tatkala mengirimkan kejelekan seseorang ke satu grup, dan satu grup itu anggotanya 250, berarti dia menjelek-jelekan seseorang kepada 250 orang. Perbuatan ini akan terus berlipat seperti virus jika dari 250 orang itu membagikan konten ghibah ke grup lain yang berbeda.
Mu’ti kemudian mengajak warga Muhammadiyah agar menjauhi segala macam perbuatan ghibah karena hal tersebut bertentangan dengan akhlak yang mulia. Di musim permusyawaratan Muhammadiyah di berbagai wilayah dan daerah, laku aktivitas ghibah sebaiknya dihilangkan agar menghasilkan keputusan yang maslahat bagi orang banyak.
“Itu menurut saya dosanya lebih besar dari pada ghibah konvensional. Karena itu kita usahakan supaya warga persyarikatan Muhammadiyah bersih dari intrik dan ghibah digital. Kalau itu kita laksanakan Insya Allah kita akan memilih pemimpin yang terbaik, dan Insya Allah kita menjadikan arena perhelatan permusyawaratan itu menjadi arena dimana kita bergembira, arena dimana kita memilih pemimpin yang terbaik, dan menyusun program yang terbaik,” pungkasnya.