JAKARTA, Panjimas – Budaya baca yang ada pada masyarakat saat ini sudah mulai banyak digantikan oleh budaya menonton seiring semakin banyak akses tayangan dan tontonan yang tersedia di layar pengguna gadget saat ini. Persolan budaya baca seperti diatas bukan satu-satunya masalah yang ada di Indonesia saat ini.
Masih rendahnya tingkat literasi masyarakat juga banyak disebabkan oleh sulitnya akses pada buku bacaan. Hal itu seperti yang disampaikan oleh Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kemendikbudristek, Endang Aminuddin Aziz di Jakarta baru-baru ini.
Menurutnya dibeberapa studi yang ada justru Indonesia adalah negara yang tingkat minat bacanya yang tinggi. Namun yang terjadi persolan akses informasi dan kurangnya waktu yang dihabiskan oleh seseorang dalam kegiatan membaca.
“Perlu disampaikan bahwa bukan minat baca masyarakat yang rendah. Di berbagai penelitian justru minat baca masyarakat itu tinggi. Tapi ketika tidak ada buku bacaan yang akan dibaca. Maka tidak bisa ada yang bisa dibaca,” ujar Endang dalam kegiatan pemaparan bersama wartawan pada, hari Kamis (23/9/2021) di Jakarta.
Dalan rangka mengatasi hal itulah pihaknya dari Badan Bahasa berkoordinasi dengan Badan Perbukuan yang ada di dalam Tubuh Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan dan Kemendikbudristek untuk penyiapan bahan buku sebagai persiapan kesiapan Literasi dari tingkat yang paling bawah di lingkup PAUD.
“Kami juga akan persiapkan penerjemahan dari buku-buku asing maupun dari berbagai daerah yang ada di Indonesia. Kami punya target dalam 4 tahun ke depan akan ada 5000 buku asing yang tidak hanya berbahasa Inggris saja, tetapi mungkin dari Jepang, Jerman, Mandarin atau bahasa apapun. Ini kemudian yang akan kita terjemahkan,” kata Endang lagi.
Dengan langkah diatas itu diharapkan akan membuka akses masyarakat terhadap banyaknya bahan bacaan yang ada. Sampai dengan saat ini sudah ada sekitar 748 lebih judul buku untuk kegiatan literasi.