ALEPPO, (Panjimas.com) – Konvoi Evakuasi ke-22 yang membawa warga sipil dan para pejuang oposisi dari kota Douma di wilayah Ghouta Timur, pinggiran Damaskus, dilaporkan tiba di Distrik Al-Bab Aleppo Ahad (15/04), demikain menurut koresponden Anadolu.
Konvoi 8 bus itu membawa setidaknya 145 penduduk Douma, termasuk 55 anak-anak dan 42 perempuan, yang akan dibawa ke Distrik Azaz dari Al-Bab di mana mereka akan diberikan akomodasi sementara di kamp-kamp.
Dengan konvoi terbaru ke-22, jumlah penduduk yang telah meninggalkan Ghouta Timur sejak proses evakuasi yang dimulai pada tanggal 22 Maret telah melampaui 60.000 jiwa.
Evakuasi dari Douma akan dilanjutkan, menurut koresponden Anadolu yang berbasis di daerah tersebut.
Operasi Turki Euphrates Shield, yang diluncurkan pada akhir tahun 2016, berhasil merebut kendali Distrik Al-Bab dari kelompok Islamic State (IS).
Operasi Euphrates Shield, yang berakhir pada Maret tahun lalu, sebagian besar berhasil mengendalikan daerah perbatasan Turki-Suriah.
Menurut laporan Anadolu, setidaknya 50.000 warga sipil telah dievakuasi dari Ghouta Timur sejak proses evakuasi dimulai pada 22 Maret lalu.
Evakuasi dilakukan sebagai bagian dari perjanjian yang diperantarai Rusia antara rezim Assad dan kelompok oposisi bersenjata.
PBB Umumkan “130.000 Orang Tinggalkan Ghouta Timur”
Sementara itu menurut laporan PBB, sekitar 130.000 orang dikabarkan telah meninggalkan wilayah Ghouta Timur di pinggiran ibukota Damaskus selama rentetan serangan rezim Assad disana yang berlangsung beberapa pekan, demikian pernyataan PBB, Senin (02/04).
Juru bicara PBB, Stephane Dujarric mengatakan bahwa PBB dan mitra-mitranya bekerja untuk meringankan krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh serangan terhadap Ghouta Timur, tetapi mengatakan “kebutuhan-kebutuhan [kemanusiaan] tetap sangat besar”.
“PBB terus menyerukan akses yang aman, tanpa gangguan dan berkelanjutan untuk semua [pihak] yang membutuhkan, dan setiap evakuasi warga sipil haruslah aman, sukarela, dan ke tempat-tempat yang mereka pilih,” pungkasnya, dikutip dari AA.
“Sangat penting bahwa warga sipil memiliki hak untuk kembali pulang segera setelah situasi memungkinkan”, tandasnya.
Sejak 19 Februari, lebih dari 1.400 orang dilaporkan tewas dalam serangan oleh rezim dan sekutunya di Ghouta Timur.
Menjadi rumah bagi sekitar 400.000 penduduk, Ghouta Timur tetap berada di bawah pengepungan rezim yang melumpuhkan selama lima tahun terakhir. Dalam laporan tahunan yang baru saja dirilis, White Helmets menuding bahwa sebanyak 1.337 warga sipil dibunuh di Ghouta Timur pada sepanjang tahun 2017 akibat serangan-serangan yang terus berlanjut oleh pasukan rezim Bashar al-Assad.
Ghouta Timur telah dikepung selama 5 tahun lamanya dan akses kemanusiaan ke kota yang merupakan rumah bagi 400.000 warga sipil tersebut kini telah benar-benar terputus. Ratusan ribu penduduk saat ini sangat membutuhkan bantuan medis.
Dalam 8 bulan terakhir, rezim Bashar al-Assad telah mengintensifkan pengepungan di wilayah Ghouta Timur, sehingga hampir tidak mungkin disalurkannya pasokan makanan dan akses obat-obatan ke distrik tersebut sehingga membuat ribuan pasien dalam kondisi kritis dan memerlukan pengobatan segera.[IZ]