DHAHRAN, (Panjimas.com) – Para pemimpin negara Arab baru-baru ini menggelar pertemuan tahunan mereka di kota Dhahran, Arab Saudi bagian Timur, Ahad (15/04).
Sekitar 16 pemimpin Arab tampak hadir dalam KTT Arab Summit ke 29 itu, yang digelar satu hari setelah AS, Prancis dan Inggris melancarkan serangan udara bersama di Suriah dengan dalih membalas serangan senjata kimia yang diduga dilakukan oleh pasukan rezim Bashar al-Assad.
Konflik Suriah dan permasalahan Palestina serta dugaan campur tangan Iran diperkirakan akan menjadi topik diskusi utama selama pertemuan Arab Summit itu.
Dalam pidato pembukaannya di Arab Summit ke-29, Raja Salman bin Abdul-Aziz menegaskan bahwa Yerusalem Timur akan tetap menjadi bagian dari wilayah Palestina.
“Permasalahan Palestina telah dan akan selalu menjadi topik utama kami sampai rakyat Palestina mendapatkan kembali hak-hak mereka,” tegasnya.
“Yerusalem Timur adalah bagian integral dari wilayah Palestina,” ujarnya menekankan.
KTT Ahad (15/04) itu datang tiga bulan setelah AS secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, sehingga memicu kecaman dunia internasional.
“Palestina dan rakyatnya ada di hati semua rakyat Arab dan Muslim,” ujatnya kepada para peserta dalam pertemuan Arab Summit.
Raja Salman juga mengumumkan bahwa pertemuan selama satu hari itu akan diberi nama “KTT Yerusalem”, “Jerusalem Summit”, dikutip dari Anadolu.
Beralih ke konflik yang sedang berlangsung di negara tetangga Yaman, Raja Salman menegaskan kembali komitmennya terhadap kesatuan Yaman dan integritas teritorialnya.
Pemimpin Saudi itu menekankan dukungannya untuk upaya yang ditujukan dalam mencapai solusi politik untuk konflik di Yaman, yang jatuh ke dalam perang saudara pada tahun 2014 ketika pemberontak Syiah Houthi menyerbu banyak wilayah negara bagian, termasuk ibukota Sana’a.
Raja Salman pun memperbarui tudingannya terhada Iran yang dinilai mendukung aksi terorisme dan mencampuri urusan internal negara-negara Arab.
“Kami sangat mengutuk tindakan teroris yang dilakukan oleh Iran di wilayah tersebut dan menolak campur tangan terang-terangan dalam urusan internal negara-negara Arab,” pungkasnya.
Pada Sabtu (14/04) lalu, organisasi Liga Arab mengatakan KTT tidak akan membahas mengenai krisis Teluk, yang dipicu oleh diputusnya hubungan diplomatik antara empat negara Arab dengan Qatar tahun lalu, di tengah tuduhan Doha yang dianggap mendukung terorisme.
KTT Arab terakhir kali diadakan di Yordania tahun 2017 lalu.[IZ]