RIYADH, (Panjimas.com) – Pemimpin Arab Saudi, Raja Salman bin Abdul-Aziz Ahad (15/04) lalu menyumbangkan dana 150 juta dolar kepada “Waqf Islam Yerusalem”, sebuah lembaga yang ditugaskan untuk mengawasi dan mengelola tempat-tempat suci Islam di wilayah Yerusalem Timur.
Saat Berpidato dalam pertemuan puncak tahunan negara-negara Arab di kota Dhahran, Arab Saudi bagian Timur, Raja Salman juga menawarkan bantuan senilai $50 juta dollar kepada Badan Khusus PBB untuk Pengungsi Palestina, UNRWA.
“Palestina dan rakyatnya ada di hati semua rakyat Arab dan Muslim,” ujatnya kepada para peserta dalam pertemuan Arab Summit.
Raja Salman juga mengumumkan bahwa pertemuan selama satu hari itu akan diberi nama “KTT Yerusalem”, “Jerusalem Summit”, dikutip dari AA.
Enam belas pemimpin negara Arab menghadiri KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) selama satu hari setelah AS, Prancis dan Inggris meluncurkan serangan udara bersama di Suriah dengan dalih membalas serangan senjata kimia yang diduga dilakukan pasukan rezim Assad.
Konflik Suriah dan permasalahan Palestina serta dugaan campur tangan Iran diperkirakan akan menjadi topik diskusi utama selama pertemuan Arab Summit itu.
KTT Ahad (15/04) itu datang tiga bulan setelah AS secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, sehingga memicu kecaman dunia internasional.
Satu bulan setelah keputusan kontroversial AS itu, Washington mengumumkan pada Januari bahwa pihaknya menahan dana bantuannya senilai $65 juta dollar kepada UNRWA.
Wilayah Yerusalem Timur berada dalam pendudukan Israel sejak 1967, sementara rakyat Palestina terus berjuang untuk mendeklarasikan Yerusalem sebagai ibukota negaranya.
Yerusalem hingga kini tetap menjadi inti konflik Israel-Palestina selama beberapa dekade, sementara rakyat Palestina tetap memperjuangkan Yerusalem Timur yang diduduki Israel sebagai ibu kota negaranya.
Pada bulan April 2017, Rusia mengumumkan pengakuannya atas Yerusalem Barat sebagai ibukota Israel, yang mengungkapkan harapan bahwa separuh bagian timur kota Yerusalem pada akhirnya dapat berfungsi sebagai ibukota Palestina
Khususnya, dalam pengumumannya pekan lalu, Trump menekankan bahwa pemerintahannya belum mengambil posisi mengenai “batas-batas spesifik kedaulatan Israel di Yerusalem”.[IZ]