GHOUTA, (Panjimas.com) – Dua puluh warga sipil dilaporkan tewas Senin (08/11) lalu di Ghouta Timur Suriah akibat serangan pasukan rezim Bashar al-Assad.
Sebagaimana diketahui, pasukan Assad semakin mengintensifkan serangan-serangan mereka terhadap wilayah yang dikelola pasukan oposisi, demikian menurut laporan organisasi pertahanan sipil Suriah, White Helmets.
Serangan Senin (08/01) tersebut meningkatkan jumlah korban tewas hingga mencapai angka 44 jiwa selama kurun 3 hari terakhir di Ghouta Timur dan Idlib, ujar White Helmets, dikutip dari AA.
Wilayah Ghouta Timur merupakan rumah bagi sekitar 400.000 penduduk Suriah. Ghouta Timur terletak di pinggiran kota Damaskus, dan wilayah ini masih dalam pengepungan pasukan rezim Assad sejak akhir 2012, sehingga mengakibatkan beberapa akses kemanusiaan lumpuh.
Selama pembicaraan damai di ibukota Kazakhstan, Astana, tiga negara penjamin, Turki, Iran dan Rusia, sepakat untuk menetapkan zona de-eskalasi di Idlib dan di beberapa bagian Provinsi Aleppo, Latakia dan Hama.
Sejak Maret 2015, Idlib tidak lagi berada di bawah kendali rezim Assad dan didominasi oleh kelompok oposisi militer dan organisasi bersenjata anti-rezim Assad.
Sejak awal 2011, Suriah telah menjadi medan pertempuran, ketika rezim Assad menumpas aksi protes pro-demokrasi dengan keganasan tak terduga — aksi protes itu 2011 itu adalah bagian dari rentetan peristiwa pemberontakan “Musim Semi Arab” [Arab Spring].
Sejak saat itu, lebih dari seperempat juta orang telah tewas dan lebih dari 10 juta penduduk Suriah terpaksa mengungsi, menurut laporan PBB.
Sementara itu Lembaga Pusat Penelitian Kebijakan Suriah (Syrian Center for Policy Research, SCPR) menyebutkan bahwa total korban tewas akibat konflik lima tahun di Suriah telah mencapai angka lebih dari 470.000 jiwa. [IZ]