RIYADH, (Panjimas.com) – Arab Saudi dan Irak sepakat untuk menyelesaikan perbedaan dan bekerja sama untuk meningkatkan perdagangan kedua negara Ahad (22/10) lalu, setelah para pemimpin kedua pihak bertemu untuk pertama kalinya sejak Juni lalu, seperti dilansir Saudi Press Agency (SPA).
Menurut pernyataan bersama yang dikeluarkan Irak-Saudi setelah pertemuan Dewan Koordinasi Arab Saudi di Riyadh, kedua pihak menekankan “kebutuhan untuk bekerja sama mengurangi hambatan dan memfasilitasi masuknya ekspor antara kedua negara”.
“Mereka juga sepakat untuk mengembangkan kemitraan antara sektor swasta di kedua negara dan untuk memungkinkan para pengusaha mengidentifikasi peluang perdagangan dan investasi,” demikian pernyataan tersebut.
Riyadh dan Baghdad juga sepakat untuk membuka pelabuhan dan mengembangkan jalan-jalan di daerah perbatasan.
Keduanya mengumumkan untuk melanjutkan rute penerbangan antara Arab Saudi dan Irak, dan membuka Konsulat Saudi di Irak.
Kedua negara akan meninjau kembali perjanjian pabean, dan bertukar keahlian ilmiah dan teknis.
Raja Salman juga menyerukan dialog di Irak
Baghdad dan Riyadh sepakat untuk membentuk dewan koordinasi Juni lalu.
Hubungan Irak-Saudi diuji pada musim panas lalu ketika Baghdad mendesak Riyadh untuk mengganti Duta Besar Saudi untuk Irak Thamer al-Sabhan, dan menuduhnya mencampuri urusan dalam negeri Irak.
Hubungan kedua negara meningkat secara signifikan pada bulan Februari setelah Menteri Luar Negeri Saudi Adel bin Ahmed al-Jubeir mengunjungi Baghdad, Ia merupakan pejabat tinggi Saudi pertama yang melakukannya sejak tahun 1990.
Sebelumnya Ahad (22/10) lalu, Raja Salman Bin Abdulaziz menyerukan dialog untuk menyelesaikan perbedaan di Irak, mengutip laporan SPA, Raja Salman berbicara pada saat pembukaan pertemuan koordinasi yang dihadiri oleh Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi dan Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson.
Sembari menekankan dukungan Arab Saudi untuk persatuan dan stabilitas Irak, Raja Salman mengatakan bahwa Ia berharap “dapat mengatasi perbedaan di dalam negeri Irak melalui dialog dan dalam kerangka Konstitusi Irak”.
“Kami menghadapi tantangan serius di kawasan yakni ekstremisme, terorisme, dan upaya-upaya untuk mengacaukan keamanan dan stabilitas di negara kami, yang memerlukan koordinasi penuh untuk menghadapinya,” imbuhnya.
Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi menekankan bahwa kawasan regional tidak dapat “menanggung lebih banyak perselisihan dan konflik.”
Ia mengatakan bahwa konflik bersenjata dan kebijakan campur tangan dalam urusan dalam negeri negara lainnya, harus segera berakhir.
“Kami percaya bahwa keamanan, ekonomi, dan minat kami harus diformulasikan dengan aksi bersama di antara negara-negara di kawasan ini.”
“Kami ingin semua orang hidup dalam stabilitas dan kemakmuran. Kami siap untuk bergabung dengan usaha kami dengan saudara-saudara kami untuk memulai sebuah era baru perdamaian, stabilitas dan pembangunan, ” pungkasnya.
Rex Tillerson juga menyatakan dukungan A.S. untuk “kerja sama antara Irak dan Arab Saudi.”
Ia menambahkan bahwa Irak membutuhkan kebijakan untuk rekonstruksi dan meningkatkan stabilitas.[IZ]