JAKARTA (Panjimas.com) – Menjelang beberapa hari pelaksanaan Pilgub DKI putaran kedua, apa yang dilakukan Ahok dan tim suksesnya semakin hari semakin brutal dan menunjukkan adanya kepanikan. Semua upaya dilakukan dengan menghalalkan segala cara.
Hal itu dikatakan pengamat politik, Ahmad Doli Kurnia kepada Panjimas dalam keterangan persnya, Selasa (18/4).
“Yang dilakukan Ahok adalah berbagai bentuk pembodohan dan merendahkan rakyat Jakarta. Ahok dan timnya telah menempatkan pemilih Jakarta sebagai orang-orang yang miskin dan rendah moralnya sehingga bisa dengan mudah dibeli dengan sembako dan uang,” kata Ahmad Doli.
Menurut Ahmad, orang yang rendah pendidikannya sehingga mudah dikibuli dengan diberi janji-janji palsu dan pencitraan semu. Yang juga cukup disayangkan pun Ahok juga berhasil pula membeli Ormas Islam dengan menempelkan nama Ormas dan tokoh-tokohnya itu untuk di”label” kan kepada citra Ahok sebagai bagian dari mereka guna mengelabui ummat untuk
memilih Ahok.
“Logikanya bila masih banyak rakyat Jakarta memilih pemimpinnya karena dibeli sembako atau uang, yang berarti masih banyak rakyat Jakarta yang bodoh, miskin, dan rendah, maka itu sesungguhnya menunjukkan kegagalan kepemimpinan Ahok.”
Yang lebih parah, lanjut Ahmad Doli, Ahok kemudian memanfaatkan kegagalan kepemimpinannya itu untuk memimpin kembali.
Dengan apa yang dikerjakannya itu, Ahok sebenarnya tidak percaya diri dan tak merasa punya kemampuan selain curang.
“Nah pertanyaannya kemudian adalah apakah rakyat Jakarta memang sudah separah itu bodohnya sehingga mau direndahkan oleh orang yang gagal? Kedua, ironisnya kecurangan itu semua dilakukan secara terbuka, massif, sistematis, dan tidak lagi malu-malu. Ahok dan tim suksesnya sudah kehilangan “urat malu” dan berada pada serendah-rendahnya moral dan etika.”
Menurut Ahmad, yang sangat memprihatinkan ternyata aparat penyelenggara pemilihan dan aparat keamanan pun bukannya ikut mengantisipasi, mencegah, atau mengenakan sanksi, tapi justeru malah diam dan seakan menjadi bagian dari tim sukses Ahok pula.
Hal itu menunjukkan sekali lagi bahwa pemerintahan Jokowi memang berada pada posisi mendukung penuh Ahok. Pemerintah yang kita harapkan berada di tengah, netral, dan menjadi wasit dalam pertandingan, ternyata sudah menjadi kekuatan pemain tambahan di pihak Ahok.
“Wajar saja bila kemudian ada kelompok masyarakat yang mengambil inisiatif, gerakan antisipasi, pencegahan, bahkan menggagalkan dan melakukan perlawanan dengan caranya sendiri terhadap berbagai bentuk kecurangan yang dilakukan Ahok.”
Ahmad Doli mengatakan, bila dilihat intensitas dan massifnya gerakan kecurangan yang dilakukan oleh Ahok dan pendukungnya, termasuk pemerintah serta gerakan perlawanan terhadap kecurangan yang dilakukan masyarakat, termasuk sukarelawan yang datang dari seluruh penjuru tanah air. “Saya khawatir ini sesungguhnya bisa menjadi pertarungan antara pemerintah vs rakyat.” (desastian)