GAZA, (Panjimas.com) – Robert Piper, Koordinator Urusan Kemanusiaan PBB untuk wilayah Palestina, baru-baru ini menjelaskan kondisi dan situasi yang dihadapi rakyat Palestina yang tinggal di Jalur Gaza.
Mengutip laporan AA, Piper menyebutkan bahwa kini kehidupan rakyat Gaza sangat “suram”, mereka terus berjuang dalam penderitaan di bawah blokade Israel/Mesir selama satu dekade.
“Gaza terus menghadapi kondisi sulit meskipun rakyat Palestina memiliki potensi luara biasa,” kata Piper selama kunjungannya ke Universitas Islam di Gaza pada hari Rabu (31/08) lalu, demikian menurut pernyataan dari perwakilan Universitas Islam Gaza.
“Meskipun terdapat sejumlah besar orang-orang berpendidikan di Gaza, namun kini hanya ada sedikit peluang kerja bagi para lulusan universitas,” katanya.
“Tingkat pengangguran yang tinggi merupakan tantangan yang serius,” imbuhnya.
Piper mendesak masyarakat internasional untuk mempromosikan pembangunan di daerah Jalur Gaza yang saat ini dalam pengepungan zionis Israel, Ia pun memuji rakyat Palestina karena kemampuan luar biasa mereka dalam beradaptasi dengan keadaan yang sulit akibat pengepungan.
Diblokade dari udara, darat dan laut sejak tahun 2007, wilayah Jalur Gaza memiliki tujuh penyeberangan perbatasan yang menghubungkan daerah itu dengan dunia luar. Enam tempat penyeberangan saat ini dikendalikan oleh Israel, sementara penyeberangan ketujuh – Rafah Crossing – berada dalam kendali pemerintah Mesir, yang terus bersikeras menyegel Rafah, sejak berganti menjadi rezim militer pimpinan Jenderal As-Sisi.
Menurut Kementerian Dalam Negeri Gaza, lebih dari 20.000 warga Gaza sedang menunggu untuk menyeberang ke Mesir melalui perbatasan Rafah, yang merupakan satu-satunya akses jalan bagi warga Gaza ke dunia luar yang tidak berada di bawah kendali zionis Israel.
Sejak penggulingan Presiden Mesir Mohamed Morsi melalui kudeta militer tahun 2013, Mesir telah menutup rapat perbatasan Rafah dengan Jalur Gaza yang dikuasai Hamas.
Selama tahun lalu, pemerintah Mesir hanya membuka jalur penyeberangan tersebut selang waktu total 21 hari, demikian menurut Kementerian Dalam Negeri Gaza.
Periode panjang penutupan perbatasan Rafah telah membuat sekitar 1,9 juta penduduk wilayah Jalur Gaza berada di ambang bencana kemanusiaan, demikian mengutip laporan AA.
Operasi Militer Pengepungan Gaza oleh Israel, pertama kali diberlakukan setelah gerakan perlawanan Palestina Hamas berhasil memenangkan pemilihan legislatif Palestina satu tahun sebelumnya, Hamas kemudian berhasil memegang kendali penuh wilayah Jalur Gaza dari Otoritas Palestina yang berbasis di Tepi Barat.[IZ]