NEW YORK, (Panjimas.com) – Kepolisian New York City pada hari Ahad, (14/08), sedang memburu seorang pria bersenjata yang membunuh seorang Imam Masjid dan assistennya usai keduanya shalat Zuhur di Masjid Jami Al-Furqon di wilayah Queens, Sabtu (13/08), dilansir oleh Reuters.
Sontak, insiden penembakan ini menabur ketakutan akan serangan Islamophobia lanjutan serta tampak jelas kesedihan mendalam bagi masyarakat Muslim kota New York atas kejadian ini.
Pihak Kepolisian belum menetapkan motif pelaku dan mengatakan belum ada bukti terkait bahwa ini merupakan serangan kebencian berbasis keagamaan, tapi dasar alasan itu tidak juga akan dikesampingkan.
Warga Muslim segera berkumpul melakukan aksi protes dan menuntut pemerintah mengusut tuntas insiden penembakan itu. Massa Muslim meneriakkan “Kami ingin keadilan”!. . serangan penembakan ini adalah kejahatan kebencian!, demikian protes para warga Muslim Queens, NYC.
Seorang pria bersenjata secara diam-diam mendekar dari arah belakang, kemudian menembak kepala Imam Masjid AKonjee dari jarak dekat sekitar pukul 13:50 waktu setempat di lingkungan Ozone Park, Queens, New York yang merupakan salah satu dari lima boroughs (distrik), ujar jubir Kepolisian dalam sebuah pernyataan.
Korban diidentifikasi adalah Imam Maulama Akonjee, 55 tahun, dan assitennya Thara Uddin, 64 tahun, dan mengenakan pakaian Muslim, kata petugas Kepolisian.
Polisi menemukan keduanya dalam pendarahan di jalanan dan segera membawa mereka ke Rumah Sakit terdekat sebelum keduanya dinyatakan meninggal.
“Sementara kita belum tahu motif atas pembunuhan terhadap Imam Maulama Akonjee dan asistennya Thara Uddin, kami tahu bahwa komunitas Muslim di kota kami menjadi sasaran intoleransi,” kata Walikota New York Bill de Blasio dalam sebuah pernyataan.
“Yakinlah bahwa NYPD (Kepolisian New York) akan menyeret pembunuh ini ke pengadilan.”, tambahnya.
Imam Akonjee dan Asistennya ditembak tak jauh dari Masjid, sekitar dua blok dari Masjid Jami Al-Furqon, di mana mereka baru saja menunaikan shalat Zuhur.
Lingkungan Ozone Park, sangat beragam, sebagian besar merupakan kelas pekerja, dan lingkungan ini merupakan rumah bagi banyak umat Islam asal Bangladesh.
Millat Uddin, 57 tahun, seorang warga lingkungan Ozone Park mengatakan bahwa baik Imam Akonjee maupun Asisetennya Uddin lahir di Bangladesh. Millat Uddin mengatakan bahwa dia mengenal baik Imam Akonjee, Ia menggambarkan Imam Akonjee sebagai orang yang “ramah damai, dan tenang” ia sangat dicintai di lingkungan Ozone Park.
“Masalah yang paling penting kini adalah orang yang tidak berbahaya telah ditembak mati, terlepas dari apakah ini adalah kejahatan kebencian,” katanya. “Hati masyarakat kami, hancur!”
Akonjee dilaporkan sedang membawa uang sekitar $1.000 dollar pada saat serangan itu tapi uangnya tidak diambil oleh pelaku, mengutip laporan The New York Times.
“Saya tidak pernah merasakan ketegangan semacam ini,” kata Nizam Uddin, 57 tahun, seorang sopir taksi yang mengatakan ia mengenal baik Imam Akonjee dan asistennya..
Penembakan itu merupakan serangan paling kejam terhadap para pemimpin Muslim lokal dalam beberapa tahun terakhir, kata Ibrahim Hooper, Direktur Komunikasi Nasional, Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), sebuah kelompok hak asasi dan advokasi sipil Muslim AS.
Sebuah laporan CAIR (Council of American Islam Relations) dan University of California di Berkeley yang dirilis pada bulan Juni lalu mengatakan jumlah insiden yang tercatat di mana Masjid-Masjid menjadi target penyerangan telah melonjak menjadi 78 insiden pada tahun 2015, jumlah ini yang tertinggi sejak tahun 2009, saat CAIR mulai melacak penyerangan atas Masjid-Masjid di AS.
Hooper mengatakan ia bisa mengingat kejadian masa lalu di mana seorang Imam diserang, disebut-sebut namanya serta dilecehkan. “Hal-hal seperti itu, tapi tidak ada yang seperti ini, tidak ada di mana ada korban yang tewas,” katanya.
“Imam Akonjee dan Assistennya Uddin adalah dua orang yang sangat dicintai. keduanya adalah tokoh masyarakat,” ujar Afaf Nasher, dari perwakilan CAIR-NY Dewan Hubungan Islam-Amerika cabang New York, (Council on American-Islamic Relations, New York Chapter), mengatkan kepada Reuters.
“Ada rasa berkabung yang sangat mendalam dan kami sedih dan menuntut agar keadilan dapat ditegakkan.”, imbuhnya.
“Saya memahami rasa takut ini karena saya merasa sendiri. Saya memahami kemarahan ini,” kata Sarah Sayeed, seorang staff Walikota New York Bill De Blasio yang bekerja sebagai penghubung untuk masyarakat Muslim. “Tapi saat ini sangat penting untuk melakukan penyelidikan secara menyeluruh.”, tambahnya.
Rilis NYPD Terkait Sketsa Tersangka
Kepolisian New York merilis sketsa tersangka laki-laki dengan rambut hitam, berjenggot dan menggunakan kacamata. Polisi menggambarkan dia berusia menengah. Dia tampaknya berada di usia 30-an atau 40-an.
Beberapa Saksi mengatakan kepada polisi bahwa mereka melihat penyerang, mengenakan kemeja gelap dan celana pendek biru, pelaku melarikan diri dengan pistol di tangannya, kata polisi. demikian menurut rekaman kamera pengawasan di sekitar tempat kejadian.
Mohammed Ahmed, 22 tahun, sedang bekerja di toko di sepanjang Liberty Avenue hanya dua blok dari lokasi penembakan. Ahmed mengatakan bahwa dia mendengar suara tembakan ketika ia sedang bekerja.
“Itu membuat semua Muslim takut,” kata Ahmed. “Terakhir kali seseorang tertembak di lingkungan ini yang saya tahu mungkin tahun 2001.”, imbuhnya [IZ]