YERUSALEM, (Panjimas.com) – Ratusan ekstrimis Yahudi garis keras menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur. Beberapa ekstrimis Yahudi ditangkap saat perayaan festival keagamaan Yahudi pada hari Ahad, (14/08/2016), dilansir MEMO.
Sekitar 300 Yahudi garis keras mengunjungi titik kompleks Masjid Al-Aqsa, menurut juru bicara Kepolisian Israel, Micky Rosenfeld, yang mengatakan tujuh orang ditangkap karena teriakan-teriakan dan sengaja bergerak menyimpang dari rute yang telah ditetapkan oleh polisi Israel.
Kelompok aktivis Palestina, Wadi Hilweh Information Center, yang berbasis di Yerusalem, segera mengunggah gambar-gambar di media sosial dimana tampak ratusan Yahudi garis keras sedang menyerbu luar gerbang kompleks Al-Aqsa.
Tujuh Yahudi ditangkap oleh polisi Israel karena melanggar aturan yang ditetapkan selama kunjungan ke kompleks Masjid Al-Aqsa.
Bagi umat Islam, Masjid Al-Aqsa merupakan tempat suci ketiga di dunia. Sementara bagi Yahudi, tempat tersbeut merujuk ke daerah yang disebut sebagai “Temple Mount,” Yahudi mengklaim tempat itu adalah situs kuil Yahudi di zaman kuno.
Ritual Ibadah di dalam kompleks Masjid Al-Aqsa hanya diperbolehkan bagi umat Muslim di bawah aturan tertentu dan pembatasan hak-hak kunjungan yang dikenal sebagai status quo. Muslim Palestina sering menuduh kelompok garis keras Yahudi Israel dan pemerintah sengaja melanggar, dan menciderai aturan itu.
Sementara itu, warga Palestina meyakini bahwa status quo telah membatasi jumlah pengunjung Yahudi yang diizinkan di Masjid, dan Polisi Israel sering membiarkan Yahudi masuk ke wilayah Masjid Al-Aqsa dan bahkan mengawal mereka yang bergerak dalam kelompok besar, terutama selama festival keagamaan Yahudi.
Meningkatnya jumlah pengunjung Yahudi pada hari Ahad, (14/08) adalah karena “Festival Tisha B’av”:, yang menandai kehancuran kuil Yahudi, kebanyakan orang Yahudi percaya dulunya kuil itu terletak di lokasi Masjid Al-Aqsa.
Sebuah keputusan agama yang diberikan oleh Kepala Kerabian Israel pada tahun 1967 melarang orang-orang Yahudi menginjakkan kaki di situs tersebut untuk alasan keagamaan, akan tetapi kelompok-kelompok Yahudi garis keras tidak setuju dan bahkan menyerukan pembangunan sebuah kuil Yahudi ketiga di lokasi Masjid. Tindakan kelompok Yahudi garis keras ini telah memicu kekhawatiran rakyat Palestina tentang ancaman bahwa Masjid Al-Aqsa akan dihancurkan oleh Israel.
Jubir Kepolisian Israel, Micky Rosenfeld mengatakan pasukan polisi tambahan telah dikerahkan di sekitar kompleks Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem selama festival Tisha Ba’y.
Pada September tahun 2000, kunjungan politisi kontroversial Ariel Sharon ke kompleks Masjid Al-Aqsa telah memicu apa yang kemudian dikenal luas sebagai Aksi “Intifada Kedua,” aksi pemberontakan rakyat Palestina terhadap pendudukan zionis Israel di mana ribuan warga Palestina gugur menjadi martir perjuangan.
Israel menduduki wilayah Yerusalem Timur pada Perang Timur Tengah tahun 1967. Israel kemudian meng-aneksasi (merebut paksa) kota Yerusalem pada tahun 1980, dan mengklaim Yeruslaem sebagai ibukota negara Yahudi, tetapi langkah itu tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional. [IZ]