JAKARTA (Panjimas.com) – Insiden salah tembak anggota Brimob terhadap salah seorang Satgas Intel Kopassus dari Tim I, Serda Muhammad Ilman, semakin membuka mata masyarakat.
Hal itu disampaikan oleh pengamat terorisme Mustofa B Nahrawardaya. Ia mengungkapkan, bila sesama aparat saja bisa salah tembak, bagaimana dengan warga sipil?
“Makanya saya memaklumi jika warga di sana meminta Polisi segera keluar dari Poso. Ini jadi bukti-bukti, sehingga terbuka kan ternyata seperti ini persoalannya,” kata Mustofa Nahrawardaya kepada Panjimas.com, Kamis (28/7/2016).
Ia menduga, insiden salah tembak pun kemungkinan besar juga terjadi terhadap warga sipil di Poso.
“Apa pun bisa terjadi, wong salah tembak kepada korps saja terjadi, apalagi kepada warga sipil, itu pun itu bisa terjadi,” ujarnya.
Untuk itu, ia meminta seluruh korban yang meninggal dunia yang ditembak aparat kepolisian, termasuk satuan Densus 88, seharusnya diselidiki.
Soal Senjata Milik Kelompok Santoso
Seperti diberitakan sebelumnya, Serda Muhammad Ilman, anggota Intelrem 132/Tadulako tewas tertembak Brimob di Poso, ia tergabung dalam Satgas Intel Kopassus dari Tim I.
Seperti dilansir MNC Media, bintara TNI AD ini sebelumnya bersama Tim 1 yang terdiri dari lima personel TNI dan dua warga sipil hendak mengambil senjata anggota kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso yang ditimbun pada suatu tempat.
Kelima personel TNI dari Tim 1 tersebut dipimpin Kapten Inf Khalef dari Sanda (Sandhi Yudha) Kopassus, Serma Agus Den Intel Dam VII/Wirabuana, Erwin Sanda Kopassus, Pratu Marfil Sanda Kopassus dan Serda M Ilman.
Menurut sumber, saat anggota Satgas Intel melakukan penggalian dan pencarian senjata tersebut diberondong Tim anggota Brimob Pos Sekat Towu. Akibatnya, Serda M Ilman tewas akibat luka tembak di kepala.
Namun, terkait insiden tersebut, ada cerita lain yang menyebar melalui broadcast di media sosial. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Mustofa Narawardaya. Dari informasi yang didapatnya, senjata itu justru bukan ditanam oleh kelompok Santoso.
“Saya menerima bermacam broadcast dengan berbagai pembahasaan, lalu saya telepon ke beberapa tokoh di sana, mereka juga mengungkapkan hal yang sama. Katanya yang menimbun itu dari diduga oknum Brimob sendiri, lalu TNI mendatangi lokasi itu karena mendapatkan informasi dari masyarakat. Ketika TNI datang ke sana, diberondong, matilah dia,” ungkapnya.
Apa pun itu, Mustofa berharap ada klarifikasi dari pihak terkait. Ia juga menyebut bahwa insiden salah tembak itu pada dasarnya adalah sebuah keteledoran aparat. [AW]