JAKARTA (Panjimas.com) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) menguat cukup tinggi terhadap mata uang di negara regional, termasuk Indonesia. Dolar AS disaat rezim pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) nyaris menembus Rp 13.300.
Seperti dikutip dari data perdagangan Reuters, pada Kamis (4/6/2014), posisi tertinggi yang bisa diraih dolar AS hari ini berada di titik Rp 13.298 sekitar satu jam ke belakang.
Posisi dolar AS yang semakin perkasa ini setara dengan posisi saat Indonesia dilanda krisis moneter (krismon) tahun 1998 hingga jatuhnya rezim Soeharto, tepatnya sekitar bulan Agustus saat dolar AS bergerak di kisaran Rp 11.050-13.000.
Pada bulan Juli 1998, mata uang Paman Sam sempat menyentuh titik tertinginya di Rp 6.800. Posisi dolar AS hari ini juga termasuk yang tertinggi di tahun 2015.
Dolar AS Tembus Rp 13.313, Tertinggi Sejak Zaman Gus Dur
Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) tak terbendung. Akibatnya, rupiah pun kini melemah cukup dalam, sampai ke titik terendahnya sejak masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gusdur.
Sebelum ditutup di kisaran Rp 13.290, dolar AS sempat menyentuh titik tertingginya di angka Rp 13.313. Ini merupakan posisi dolar terkuat dalam 17 tahun terakhir.
Menurut Analis dari Daewoo Securities, Taye Shim, posisi dolar AS tersebut merupakan yang tertinggi sejak tanggal 7 Agustus 1998. Menurutnya, ada beberapa faktor yang membuat rupiah melemah. Salah satunya adalah lemahnya pertumbuhan ekonomi pemerintahan Jokowi –JK.
“Pertama, lemahnya pertumbuhan ekonomi dan prediksinya ke depan, dan kedua, dana asing yang terus mengalir ke luar,” kata Shim dalam risetnya, pada Kamis (4/6/2015).
Posisi dolar AS yang paling tinggi terhadap rupiah ada di level Rp 16.650 pada 17 Juni 1998 alias saat krisis moneter (krismon). Setelah itu tertinggi kedua pada 25 November 2008 di Rp 12.650.
Pada saat itu terjadi krisis ekonomi global menyusul jatuhnya Lehmann Brothers. Sedangkan posisi tertinggi ketiga adalah pada masa pemerintahan Gus Dur yaitu di Rp 12.000 per 26 April 2001. [GA/dtk]