Panjimas.com – Dalam Al Qur’an, shalat dan zakat tak bisa dipisahkan. Seorang muslim yang rajin shalat, namun tak pernah peduli dengan kaum dhuafa, yatim piatu, kerabat dekat dan lingkungan sekitarnya, maka tiadalah guna keimannya itu.
Shalat dan menginfakkan rezekinya kepada mereka yang berhak adalah tanda ketakwaan. Dan menjadi pintu diturunkannya rahmat Allah kepada hamba-hamba-Nya. “Dan dirikanlah shalat, tunaikan zakat, dan taatilah Rasul supaya kamu diberi rahmat”. (QS. An-Nuur: 56).
Di ayat yang lain, Allah Swt berfirman: “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian.”(QS. Adz Dzaariyaat: 19)
Inilah jaminan Allah terhadap orang menyisihkan rezekinya kepada kaum fakir miskin. “Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah, baik laki-laki mapun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (pembayarannya) kepada mereka, dan bagi mereka pahala yang banyak.” (QS Al Hadid: 18)
Janganlah mengira orang yang memberikan sedekah membuat seseorang menjadi miskin. “Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah sebelum pembicaraan dengan Rasul?…”(QS. Al Mujaadilah: 13)
“Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir, seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjarab) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-Baqarah: 261)
Diayat yang lain, “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan.” (Al-Baqarah: 245)
“Hendaklah orang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang, melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Kelak Allah akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. Ath Thalaaq: 7)
Orang yang tidak peduli dengan kaum dhuafa, Allah mengancamnya dengan azab yang pedih. “Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya”. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyaka. Kemudian, beliatlah dia dengan rantai yang panjangnya 70 hasta. Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar. Dan juga tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin.” (QS. Al Haaqqah: 30-34).
Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw seraya bertanya: “Wahai Rasulullah! Sedekah seperti apakah yang paling besar pahalanya?” Beliau lalu menjawab, “Kamu bersedekah dalam kondisi sehat dan kikir, takut miskin dan mengangankan kekayaan. Janganlah kamu menyepelekan, hingga ketika nyawa sudah berada di kerongkongan, kamu baru mengatakan, “bagi si fulan bagiannya segini dan segitu”, padahal harta tersebut sudah milik orang lain. (HR. Bukhari-Muslim) (ass)