JAKARTA (Panjimas.com) – Aksi Bela Islam II, awalnya berjalan dengan tertib dan lancar. Pelaksanaan orasi dari mobil komando dilakukan bergantian dari berbagai elemen dipimpin langsung oleh Habib Rizieq Syihab (sebagai Pembina GNPF MUI).
Perundingan pertama mengutus 2 orang Juru Runding GNPF MUI yaitu; KH. Bachtiar Nasir, dan KH. M. Zaitun Razmin untuk mendatangi istana. Hasilnya Juru Runding menolak melakukan perundingan karena hanya akan ditemui oleh Menko Polhukam dan beberapa menteri sebagai utusan resmi Presiden RI.
Juru Runding mendatangi istana untuk kedua kalinya namun kemudian mereka tetap menolak untuk berunding karena istana tetap menawarkan Menko Polhukkam dan petinggi lainnya, sehingga kemudian Juru Runding kembali kepada barisan aksi.
Kericuhan kecil sebenarnya sudah mulai terjadi sebelum rombongan mobil komando tiba, antara massa yang ‘terprovokasi’ dengan barikade polisi. Agar tidak terjadi bentrok maka Laskar FPI menjadi pagar pembatas antara massa tersebut dengan barikade polisi, tak lama setelah adzan isya berkumandang petugas keamanan secara tiba-tiba melakukan tindakan fisik merangsek dan mendorong untuk membubarkan barisan aksi secara paksa dengan menembakkan gas air mata dan menembakkan peluru karet.
Para ulama dan habaib yang berada di mobil komando berusaha menenangkan massa, bersama kaum Muslimin lainnya yang tertib, namun mereka dihujani rentetan gas air mata dengan membabi buta oleh aparat.
Meski ditembaki gas air mata, para ulama dan koordinator lapangan, Munarman, melarang kaum Muslimin yang jumlahnya jutaan, untuk maju melakukan perlawanan. Mereka hanya membalas dengan doa, atas tindakan zalim dan brutal yang dilakukan aparat.
Korban pun mulai berjatuhan, baik dari kalangan ulama, seperti KH Arifin Ilham, Syaikh Ali Jaber, KH Fahrurrozi Ishaq dan kaum Muslimin lainnya.
Guna menghindari jatuhnya korban lebih banya, Barisan Aksi Bela Islam II akhirnya bergerak menginap di pagar luar Gedung MPR/DPR. Di lokasi tersebut, Aksi Bela Islam II berakhir.
https://youtu.be/PsvJvck1zFU