KEDIRI, (Panjimas.com) – Pendiri Kampung Inggris M. Kallend Osen memberi apresiasi atas terbitnya novel “Senyum Gadis Bell’s Palsy” karya Aliya Nurlela. Novel itu dibedah Ahad (6/12), di Meeting Hall Basic English Course (BEC) Kampung Inggris, Pare, Kediri, dan diikuti seratusan peserta.
Bedah novel bersamaan talkshow kepenulisan itu merupakan kegiatan kedua setelah novel yang sama diluncurkan dan dibedah di SMK Negeri 1 Lengkong, Nganjuk, Ahad (21/11), lalu.
“Ini pertama kali diadakan talkshow dan bedah novel di BEC,” ujar M. Kallend Osen.
Sebagian besar peserta bedah novel tersebut diikuti siswa kelas tutor BEC, yaitu kelas khusus yang para siswanya telah menyelesaikan program dasar dan bertugas membimbing kelas di bawahnya.
“Peserta kelas tutor ini berasal dari berbagai daerah di Indonesia, baik Jawa maupun luar Jawa,” ungkap M. Kallend Osen.
Dia memaparkan, seiring dikenalnya Kampung Inggris, orang yang datang belajar bahasa Inggris tidak hanya dari Indonesia, tetapi dari beberapa negara di dunia.
“Siswa luar negeri yang ingin belajar di BEC, biasanya saya sarankan agar belajar Bahasa Indonesia dahulu. Di Malang, kebetulan ada jasa kursus Bahasa Indonesia untuk orang asing. Semoga ke depan, Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia juga menyedikan jasa ini,” ujarnya.
Bedah novel “Senyum Gadis Bell’s Palsy” menampilkan pembicara Eko Prasetyo, mantan editor Jawa Pos yang juga penulis puluhan buku. Moderator dipandu Arifa, guru jurnalistik SMA Negeri 4 Kediri.
Penulis novel “Senyum Gadis Bell’s Palsy Aliya Nurlela pada kesempatan itu berbagi proses kreatif menulis. Menurutnya, novel yang ditulisnya terinspirasi dari kisah nyata pribadinya yang mengalami sakit bell’s palsy dan saat ini sedang proses penyembuhan (85% kesembuhan).
Menurutnya, hal paling berat yang dirasakan penderita bell’s palsy adalah kehilangan rasa percaya diri, minder bertemu banyak orang apalagi setelah wajah terlihat tidak simetris. Kondisi itu pun pernah dialami Aliya Nurlela, bahkan ia sempat terpuruk beberapa waktu lamanya.
“Lewat menulis, juga dukungan orang-orang terdekat, semangat saya kembali bangkit dan perlahan saya dapat membuang rasa minder yang selama ini menjadi momok,” ujar Aliya Nurlela yang juga Sekjen FAM Indonesia.
Dia berharap, novel “Senyum Gadis Bell’s Palsy mendapat tempat di hati pembaca terutama para penderita bell’s palsy yang memerlukan suntikan semangat serta tambahan informasi mengenai penyakit itu.
Sementara Eko Prasetyo yang membahas novel tersebut mengatakan, novel “Senyum Gadis Bell’s Palsy” novel inspiratif, unik, memiliki gaya tutur khas dan bersifat romantis. “Tidak mudah menulis novel yang bisa merangkum pesan cinta, literasi dan sekaligus dakwah. Namun, Aliya Nurlela berhasil merangkum tiga hal tersebut dalam novelnya,” ujar Eko Prasetyo.
Peserta yang mengikuti acara itu sangat antusias seiring banyaknya pertanyaan diajukan. Acara tersebut juga dipadukan dengan Kopi Darat (Kopdar) ke-6 FAM Wilayah Karesidenan Kediri yang menghadirkan dua siswi sekaligus anggota FAM berprestasi dan telah beberapa kali meraih penghargaan tingkat kabupaten, yaitu Mahyatul Fikriya (SMAN 2 Pare) dan Naela Nuril Alfin (MTs Model Pare). Keduanya didaulat membaca puisi sehingga menambah semarak acara.