Zionis-Kristen Indonesia (ZIOKINDO)*
PANJIMAS.COM – Pada bulan April 2010, Theo Kamsa, seorang mahasiswa tingkat doktoral dari Vrije Universitiet Amsterdam, Belanda, membuat sebuah disertasi mengenai kebaradaan orang-orang Yahudi yang berdiaspora di kawasan Selat Malaka.
Disertasi tersebut menggambarkan tentang keberadaan mereka sejak zaman Belanda hingga beranak pinak kini. Dalam edisi berbahasa Inggris yang beredar ke publik, judul disertasi tersebut adalah “The Jewish Diasporascape in the Straits: An Etnographic Study of Jewish Bussiness Accros Border”.
Theo Kamsa meneliti keberadaan beberapa komunitas Yahudi Selat Malaka, seperti Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Khusus di Indonesia, ia mewawancarai para jewish dan anggota komunitas Yahudi yang berada di Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, dan Manado.
Theo Kamsa juga memuat geneologi atau garis keturunan (family of tree) dari Abraham Fontein Family di Manado. Mereka menikah dan beranak pinak, kemudian menyebar ke berbagai daerah, diantaranya Surabaya, Jakarta, dan Palu.
Di Surabaya ada keluarga Antje Rosalin Fontein, kemudian di Aceh ada Alfred Jacob Fontein yang menikah dengan Margaretha Anies.
Mereka adalah darah-darah Yahudi, meskipun kemudian sudah menjauh dari tradisi dan akar agama nenek moyang mereka. Kebanyakan mereka ada yang sudah berpindah agama menjadi pemeluk Kristen, dan mengamalkan ajaran Messianic Judaism, yaitu kelompok yang menyakini Yesus sebagai Mesiah (Juru Selamat).
Mengapa komunitas Yahudi begitu aman berada di Manado? Dan apa hubungan mereka dengan kelompok Kristen? Theo Kamsa menyebut, selain karena banyak orang-orang para keturunan Yahudi yang sudah beralih agama menjadi Kristen, disinyalir juga ada kedekatan antara Pantekosta dengan kelompok yang meyakini paham Messianic Judaism, yaitu sebuah kelompok yang terdiri dari orang-orang Yahudi yang memiliki kesamaan pandangan dengan umat Kristiani.
Mereka yang aktif dalam kepercayaan Messianic Judaism meyakini bahwa Yesusa dalah juru selamat dan non Yahudi (gentiles) yang mengadopsi identitas dan gaya hidup Yahudi. Para keturunan Yahudi yang meyakini bahwa Yesus adalah juru selamat, tergabung dalam organisasi Messianic Jewish Community (MJC).
Selain di Manado, anggota kelompok MJC juga tersebar di beberapa kota besar, seperti Jakarta, Yogyakarta, Bandung dan Surabaya. Mereka terdiri dari orang-orang dari beragam profesi elit, seperti pengusaha properti, pemilik mal, pengacara, dan lain sebagainya.
Majalah Suara Hidayatullah edisi Januari 2011 memuat laporan tentang keberadaan komunitas Yahudi di Manado dan hubungannya dengan komunitas Kristen yang merupakan mayoritas di wilayah ini. Dalam laporannya, Hidayatullah memotret fenomena maraknya simbol-simbol Yahudi, bahkan dukungan terhadap negara Israel di wilayah tersebut.
Bahkan, massa dengan sangat provokatif mengibarkan bendera Israel pernah berpawai di jalan-jalan meneriakkan dukungannya terhadap negeri Zionis tersebut dalam konflik Palestina-Israel.
Di Amerika, kelompok seperti ini disebut sebagai Zion-Christian, yakni orang-orang Kristen yang berkolaborasi mendukung penuh berdirinya Zionisme Israel. Sedangkan di Indonesia, menurut peneliti tentang Zionisme, Ridwan Saidi, mereka bisa disebut sebagai Ziokindo (Zionis-Kristen Indonesia).
Pada era tahun 1990-an di Jakarta marak grafiti bergambar “Bintang David” dengan “salib” yang ada di tengahnya. Grafiti-grafiti itu tersebar di tembok-tembok jalanan, halte-halte, dan bus-bus. Siapa yang membuat? Mereka adalah anak-anak yang bersekolah di sekolah Kristen di sepanjang Jalan Kramat Raya-Matraman. Mereka menyebut kelompoknya dengan sebutan “Israel”.
Saat ini diperkirakan ada 350.000 lebih penggerak Messianic Judaism yang ada di seluruh dunia. Ada yang mengatakan Penggerak awal dari Mesianik Yudaisme adalah Joseph Rabinowitz. Seorang penganut Messianic Judaism meyakini bahwa ia dilahirkan menjadi seorang Yahudi atau masuk ke dalam agama Yahudi, yang beriman kepadaYeshua serta mengakui keyahudian Yeshua.
Jadi ringkasnya, “Messianic Judaism adalah istilah yang diberikan kepada orang-orang Yahudi yang percaya dan telah menerima Yeshua (nama Ibrani untuk Yesus) dari Nazaret sebagai Mesias yang dijanjikan dalam Kitab Suci Ibrani.
Pada tahun 1915 didirikanlah The American Hebrew Christian Alliance. Kemudian Tahun 1925 didirikanlah the International Hebrew Christian Alliance.
Dalam disertasi Theo Kamsa disebutkan, seorang bernama Eleazer Ben Eleazer (Eli) yang juga mengaku berdarah Yahudi, juga aktif membangun komunitas dan melestarikan akar dan tradisi ajaran Yahudi. Eli aktif melakukan inisiatif untuk mengumpulkan para keturunan Yahudi di Manado. Eli sering dijadikan juru bicara komunitas Yahudi di Manado, dan di Indonesia secara umum, terutama terkait isu-isu yang menyangkut Yahudi.
Eli juga dikenal sebagai Rabbi bagi komunitas Yahudi di Manado. Ia juga mendirikan organisasi Beth Yoshua di kota yang terkenal dengan keindahan wisata bawah lautnya ini. Dalam satu kesempatan, menurut Theo Kamsa, Eli pernah datang menghadiri acara doa bersama yang diselenggarakan kelompok Paramadina, sebuah lembaga yang didirikan mendiang Nurcholish Madjid. Eli datang sebagai perwakilan Indonesian Jewish Community (IJC). Di Paramadina, seorang berinisial BH, yang menjabat sebagai manajer proyek di Paramadina, juga disinyalir sebagai anggota dari Indonesian Jewish Community (IJC).
Paramadina adalah satu diantara yayasan-yayasan yang seringkali memasarkan paham sekularisme, pluralisme, dan liberalisme. Lembaga ini pernah terlibat dalam menerbitkan buku berjudul “Fikih Lintas Agama” yang sangat kontroversial.
Tahun 1962, Vatikan mengakui dokumen yang menyatakan bahwa orang-orang Katolik diharuskan mengakui (secara agama) kedaulatan Negara Israel, juga menghormati hubungan Yahudi dengan tanah Palestina.
Tahun 1982 Vatikan menegaskan tentang pengakuannya terhadap Negara Israel dengan hak individualnya
Tahun 1993, Vatikan melakukan pertukaran hubungan diplomatik antara kaum Yahudi dan Katolik
Tahun 1997, Vatikan mengajukan dokumen konsili “Kami Ingat” yang menguntungkan bagi kepentingan Yahudi
Tahun 2005, Vatikan secara resmi mengeluarkan dokumen atau surat pengakuan dosa terkait sikap mereka (Vatikan) pada masa pembantaian umat Yahudioleh Nazi. (Sumber, Al-Yahud: Al-Maushu’ah Al-Mushawwarah, Dr. Thariq As-Suwaidan).
*Makalah ini disampaikan oleh Artawijaya (Penulis Buku dan Wartawan Senior), dalam acara Tabligh Akbar ‘Zionis Kristen Mencengkram Indonesia’ di Masjid Islamic centre Kota Bekasi, Ahad, 1 Maret 2015.