BADUNG, (Panjimas.com) – Memasuki pertemuan kedua Kajian Sekolah Pranikah (SPN) Angkatan 3 mengusung materi yang tak kalah seru dengan materi pekan sebelumnya. Kajian Sekolah Pranikah Minggu ini diadakan pada hari Ahad (11/2) bertempat di Masjid Baitut Taubah Komplek Kantor Wilayah Bea Cukai Tuban, Bali.
Kajian dimulai usai Shalat Dzuhur berjamaah. Sebanyak 20 orang pemuda dan pemudi sudah nampak memadati area Masjid sejak 30 menit sebelumnya. Pekan ini Ustadz Nur Asyur sebagai pembinan Kajian Sekolah Pra Nikah mengangkat Tema “Bekal Menuju Pernikahan”. Dengan gaya penyampaian materi yang serius dan jenaka, para peserta Kajian Pra Nikah nampak larut dalam kelas yang diadakan selama 2,5 jam ini.
Diawal materi Ustadz Nur Asyur menceritakan mengenai Kisah Najamuddin dalam mencari pasangan hidup. Najamuddin merupakan Panglima Perak di Irak dari Bani Abbasiyah. Sang Panglima perang ini menunda pernikahan hingga usia 40 tahun. Padahal banyak anak-anak Menteri yang ingin dijodohkan oleh Sang Panglima. Panglima Najamuddin bukan tanpa sebab melajang hingga usia 40 tahun. Ia ingin mencari pendamping hidup yang nantinya mampu bersama-sama dengan dirinya untuk membebaskan bumi Palestina.
“Obsesi menikah dengan wanita sholehah pun tercapai. Dari pernikahannya, Panglima Najamuddin lahirlah seorang Putra bernama Salahuddin Al Ayubi yang dikemudian hari membebaskan bumi Palestina dari tangan pasukan Salibis.” tuturnya.
Ustadz Nur Asyur melanjutkan, berbeda dengan Panglima Najamuddin, Kisah pencarian pendamping hidup seorang sahabat Rasulullah SAW lebih dramatis. Pemuda bernama Julaibib harus berkali-kali ditolak oleh calon mertua lantaran fisiknya yang tidak tinggi dan warna kulitnya yang gelap. Julaibib merupakan pemuda kepercayaan Rasullullah yang taat beragama dan selalu siap ketika Rasullullah meminta bantuan mengirimkan pesan ke para sahabat-sahabatnya. Sampai pada akhirnya Julaibib berhasil meminang seorang gadis solehah berkat pesan yang disampaikan oleh Rasulullah untuk calon mertua Julaibib.
Dari kisah yang diangkat oleh Ustadz Nur Asyur kepada peserta Kajian Pra Nikah didapatkan kesimpulan bahwa untuk meminang atau mendapatkan calon pasangan hidup yang baik tidaklah harus yang memiliki wajah yang rupawan, namun harus yang memiliki akidah Islam yang kuat. Menikah merupakan ibadah seumur hidup. Maka dari itu jangan sampai salah memilih pasangan. Pemahamana mengenai agama sangatlah penting, apalagi bila nanti memiliki keturunan.
“Menikahi seseorang khususnya seorang pemuda janganlah melihat masa lalunya, kita akan berdosa apabila kita mencari tahu seperti apa akhlak jahiliyah pasangan di masa lalu” pesan Ustadz Nur Asyur saat menyampaikan materi.
Ustadz Nur Asyur juga menyampaikan kepada para pemuda yang menjadi peserta kajian pra nikah dalam memilih pasangan hidup.
“Carilah wanita yang memiliki empat kriteria seperti mau merawat diri, sanggup dan pandai menjaga kekayaan suami, nasabnya baik, dan pemahaman agama islamnya bagus” jelasnya.
Menikah merupakan kaderisasi keimanan dan menikah haruslah memiliki ilmu agama. Dalam menikah jangan salah menempatkan prioritas. Prioritas utama adalah “bagaimana memenuhi nafkah setelah menikah” bukan malah sebaliknya “ bagaimana menyiapkan dana untukresepsi pernikahan”. Banyak pemuda yang menunda pernikahan karena memikirkan resepsi pernikahan yang begitu mahal.
“Dalam menikah ada beberapa kesiapan yang harus dipenuhi seperti kesiapan pemikiran, kesipaan psikologis, kesiapan fisik, dan kesiapan financial” ungkap Ustadz Nur Asyur.
Untuk kesiapan pemikiran bisa meliputi beberapa hal yakni kesiapan visi keislaman, kesiapan visi kepribadian, dan kesiapan visi pekerjaan. Pemahaman keislaman kepada keluarga dalam memilih pasangan hidup harus bisa disamakan persepsinya.
“Komunikasikan calon pendamping hidup kepada keluarga sehingga orangtua akan yakin akan pilihan hidup berkeluarga anak mereka” pungkasnya. [RN]