SOLO (Panjimas.com) – Teori dakwah tidaklah sulit, tapi ketika mulai belajar berdakwah terkadang kita menjadi salah tingkah, grogi ataupun demam panggung. Ustadz Suro Wijoyo, pimpinan Jamaah Anshorusy Syariah (JAS) Jawa Tengah (Jateng) menjelaskan kunci berdakwah agar tidak demam panggung.
Agenda dauroh dakwah bagi puluhan aktivis Solo, tampak antusias memperhatikan materi yang disampaikan Ustadz Rowi, sapaannya, di Masjid Tipes, Serengan, Solo, Sabtu (22/4/2017).
“Ketika kita ngobrol sama teman itu biasa, tapi waktu naik mimbar kok ndak bisa grogi. Atau ketika kita hafalan Quran itu banyak, tapi ketika jadi imam semua hafalan hilang ya, pernah ngalami. Itu namanya demam panggung,” katanya.
Dia mengatakan ada 2 bentuk dakwah yang harus menjadi sasaran, yakni dakwah fardiyah dan dakwah jamiyah. Selain itu, dia juga yakin sebagai aktivis sudah memiliki modal sebagai Dai.
“Dakwah Pidato itu ada dua, dakwah fardiyah dan dakwah jamiyah. Fardiyah dilakukan secara berhadapan langsung pada satu personal yang kita ajak paham dengan pemahaman kita. Jamiyah secara kelompok atau jamaah,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ustadz Rowi menilai dakwah akan menyenangkan bila orang ditanya pribadinya. Dengan 4 kali pertemuan sudah menjadi kesimpulan keberhasilan dakwah.
“Dengan 4 kali pertemuan, bisa kita simpulkan orang yang kita dakwahi bisa diajak ikut berdakwah atau tidak. Dan Kultum harus punya target memberikan basyiroh, tarhib terhadap hal-hal yang menyenangkan atau ancaman,” tandasnya.
Ustadz Rowi menekankan jika menjadi Dai dalam kultum sebaiknya memperhatikan kaidah materi singkat dan jelas.
“Sebaiknya sunah khotbah itu pendek, materi singkat, temanya diulang kalau perlu 3 kali,” ucapnya. (SY)