LOMBOK (Panjimas.com) — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pusat meminta warga Nusa Tenggara Barat (NTB) tetap tenang dan menjauhi bibir pantai pasca gempa 7 Skala Richter (SR) mengguncang Lombok Utara pukul 18.46 WIB, Minggu (5/8). Gempa yang berlokasi di 8.37 LS, 116.48BT dengan kedalaman 15 Kilometer tersebut berpotensi terjadinya tsunami. Kemudian, BMKG kembali menginformasikan, bahwa peringatan dini tsunami telah dicabut.
“Meski prediksi gelombang paling tinggi hanya setengah meter, tapi kami minta masyarakat segera jauhi bibir pantai dan mencari tempat yang jauh lebih tinggi. Upayakan untuk tetap tenang dan tidak panik,” ungkap Kepala BMKG Pusat, Dwikorita Karnawati di Jakarta, Minggu (5/8). Dwikorita mengatakan gelombang tsunami yang tiba bisa saja berbeda-beda. “Gelombang yang pertama bisa saja bukan yang terbesar,” tuturnya.
Diungkapkan, hingga saat ini BMKG terus memantau kondisi terkini pasca gempa dan berkoordinasi dengan pihak- pihak terkait seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
“Terus kami pantau dari Pusat Gempa Nasional di Jakarta, termasuk potensi terus terjadinya gempa susulan,” terangnya.
Dwikorita memaparkan hingga pukul 19.51 WIB, telah terjadi 16 kali gempa susulan namun dengan magnitudo yang jauh lebih kecil. Namun demikian, Ia meminta masyarakat untuk terus waspada dan tidak mendiami bangunan atau rumah yang rawan runtuh.
Seperti diberitakan sebelumnya, Gempa terjadi pada pukul 18.46 WIB dengan magnitudo 7,0 SR dan kedalaman hanya 15 km. Gempa dikatakan oleh BMKG berstatus berpotensi tsunami.Sutopo menegaskan, waspada potensi tsunami berlaku bagi warga di wilayah pantai Lombok Barat bagian Utara dan Lombok Timur bagian Utara.
Pemutakhiran laporan terkini, Dwikorita Karnawati Kepala BMKG mengatakan, Tsunami yang pertama telah terjadi setinggi 13,5 cm dan ketinggian 10 cm. “Tsunami tertinggi diperkirakan setengah meter. Seluruhnya terjadi di perairan bagian Utara Lombok. Laporan masuk terjadi tsunami 13,5 cm terjadi di Desa Carik di Lombok Utara,” ujar Dwikorita.
Di saat penanganan darurat dampak gempa 6,4 SR masih berlangsung, terutama di Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Timur, masyarakat panik dan berhamburan di jalan-jalan dan bangunan dan rumah yang sebelumnya sudah rusak akibat gempa sebelumnya menjadi lebih rusak dan roboh. Apalagi ada peringatan dini tsunami menyebabkan masyarakat makin panic dan trauma sehingga pengungsian di banyak tempat.
Hingga laporan ini dituliskan, Tim Emergency Response ACT di Lombok sudah bersiaga untuk melakukan evakuasi. “Laporan terkini hampir seluruh wilayah Lombok gelap total. Mati lampu. Gempa terasa sangat keras sekali. Kami menerima banyak laporan masuk tentang robohnya rumah-rumah warga,” ujar Kusmayadi, Koordinator Tim Emergency Response ACT.
Sementara itu Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto melaporkan, para tamu undangan dari delegasi sejumlah negara aman dari gempa bumi berkekuatan 7.0 skala richter. Menko Polhukam memutuskan untuk menunda kegiatan Sub Regional Meeting on Counter Terrorism yang sedianya akan dilakukan pada Senin (6/8/2018).
“Semua tamu delegasi yang akan mengikuti pertemuan selamat. Dan karena adanya gempa bumi yang terjadi, kami putuskan untuk menunda pertemuan Sub Regional yang membahas mengenai masalah terorisme dan mempersilahkan semua tamu untuk kembali ke negara masing-masing,” ujar Menko Polhukam Wiranto di Lombok, NTB, Minggu (5/8/2018).
Diceritakan, ketika gempa terjadi sedang dilaksanakan gala dinner menyambut para delegasi. Namun ketika acara sedang berlangsung, terjadi gempa. “Semua tamu delegasi selamat,” kata Menko Polhukam Wiranto.
Menko Polhukam mengatakan, untuk acara hari ini sudah ada pertemuan dengan Menteri Dalam Negeri Australia Peter Dutton. “Pertemuan dengan Menteri Dutton sudah dibahas beberapa isu yang mendalam dan kami juga sudah menghasilkan joint communique yang menekankan pentingnya kerja sama kedua negara, ” kata Menko Polhukam Wiranto. (des)