SOLO, (Panjimas.com) – Alfian Tanjung Pengamat Gerakan Komunis menjadi pembicara dalam Apel Siaga Waspada Komunis yang diadakan Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS) bersama Elemen Umat Islam Soloraya di Bundaran Gladak, Jl Slamet Riyadi, Solo, Ahad (5/6/2016).
“Jadi hari ini kita berbicara tentang kebangkitan yang sesungguhnya ketika aroma amis darah terasa dimana-mana. Mereka (PKI) sudah menguasai Istana, hampir sebulan ini tak ada lagi konsultan tentara. Rapat-rapat di istana negara sekarang ini dipimpin oleh orang yang namanya Teten Masduki, Urip Supriyanto mantan KPU Solo dan Budiman Sujatmiko” ucap Alfian Tanjung.
Sontak keterangan Alfian membuat sebagian peserta Apel Siaga antusias mendengar, lebih-lebih mereka yang berusia belasan tahun yang tidak tahu sejarah PKI. Alfian mengatakan gerakan PKI sangat masih dan terus berjalan, menurutnya model acara seperti ini sudah terlambat. Untuk itu dirinya membeberkan gerakan PKI mulai tahun 1996.
“Tanggal 16 April 1996, Polisi menangkap perempuan bernama Dita Indah Sari, siapa dia? Dia adalah staf ahli mentri tenaga kerja dan transmigrasi, kabinet yang sekarang, Dita Indah Sari gerwani muda . Sepuluh tahun lalu dia juga orangnya yang menjadi staf ahli mentri tenaga kerja dari mentrinya yang bernama Muhaimin Iskandar” kata Alfian.
Alfian Tanjung yang telah 30 tahun keliling ketempat titik basis PKI menyimpulkan bahwa PKI telah bangkit. Dirinya mengatakan Dita Indah Sari dalam buku hariannya telah menulis “Wel, Partai kita yang telah dikubur, dihina, dibakar, diusir, dibunuh, hari ini kita hidupkan kembali”.
“Dia (Dita Indah Sari) mengatakan 31 tahun partai kita terkubur hari ini kita hidupkan kembali” ucap Alfian mengutip perkataan Dita.
Alfian melanjutkan data fakta ulama, kyai dan santri yang telah menjadi daftar hitam kader-kader PKI sejak 1998 telah dibunuh dengan dalih dan fitnah dukun santet mulai dari Banyuwangi sampai Banten.
“Mereka beri stempel dukun santet dan kolor ijo kepada para ulama sebagai penghinaan warna hijau untuk umat Islam. 144 guru ngaji dan ustadz dibunuh, lehernya hampir putus dan perutnya terburai, ususnya membucah keluar” ungkapnya.
Selama tahun 1999 di daerah Tatar Sunda, Ciamis, terdapat 200 ulama, kyai dan guru ngaji telah dibunuh. Demikian halnya Oktober tahun 2000 ada 89 ulama, kyai dan ustadz dibunuh dengan kondisi leher putus usus terburai.
Alfian membenarkan masyarakat tidak peduli karena mereka disebut dukun santet padahal umur mereka berkisar 70 sampai 80an tahun. Mereka adalah orang yang dicatat kader-kader PKI tahun 60an yang kebanyakan pada tahun 1965 sebagian besar merupakan pemuda-pemuda anshor. [SY]