(Panjimas.com) – Sesaat setelah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam wafat dan beritanya pun tersebar, banyak orang Arab yang murtad (keluar dari Islam) dan tidak mau membayar zakat. Jazirah Arab terdiri dari banyak kabilah, negara, ras, suku yang bermacam-macam. Ada banyak sebab kemurtadan yang terjadi saat Itu, salah satunya adalah kurangnya iman dalam hati setiap kabilah Arab. Mereka hanya berlindung atas nama keimanan, tetapi belum pernah merasakan kenikmatannya. Mereka menunjukan ketidaksetiaannya terhadap Islam, sebagaimana kaum munafik pada saat Perang Uhud danTabuk.
Sebenarnya, bibit gerakan pemurtadan itu sudah muncul sebelum Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wasallam wafat. Namun, saat itu, nyalanya dapat diredupkan dengan wibawa kenabian dan kekuatan pengaruh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Dengan wafatnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dan Abu Bakar diangkat menjadi khalifah, gerakan tersebut bangkit, aktif, dan menyebar hingga Semenanjung Arab, terkecuali Makkah, Madinah, dan Thaif yang terus berpegang teguh pada Islam serta menjaga keberlangsungannya.
Ketika kabar itu sampai kepada Khaiifah Abu Bakar, pemahaman yang dalam akan hakikat kemurtadan membuat Khalifah Abu Baker merespon dengan keras dan bangkit mengajak kaum Muslimin untuk memeraraginya.
Ada hal yang menarik terkait dengan pendirian Abu Bakar untuk memerangi kaum Riddah (Murtad). Seperti telah diketahui bahwa Abu Bakar adalah sahabat yang terkenal lembut dan halus tetapi untuk masalah ini Abu Bakar sangat keras. Pendirian tersebut tidak disetujui oleh sahabat Umar bin Khattab. Dia menolak pandangan Abu Bakar dan memintanya untuk mengampuni mereka yang menolak membayar zakat asalkan mereka masih mengerjakan kewajiban lain.
Mendengar jawaban tersebut Umar berkata, “Bagaimana engkau akan memerangi mereka, sedangkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ”Aku diperintahkan untuk memerangi orang-orang sampai mereka mengucapkan, ’Tiada Ilah selain Allah dan Muhammad adalah utusan AIIah.’ Siapa yang mengatakannya, harta dan darahnya semua perhitungannya adalah milik Allah.”
”Demi Allah,” kata Abu Bakar. ”Akan kuperangi siapa pun yang memisahkan antara shalat dan zakat, karena zakat adalah haknya harta. Karena itu aku berkata, ‘Kecuali karena sesuatu yang benar.’
“Demi Allah,” kata Umar, ” Aku melihat Allah telah mencerahkan dada Abu Bakar untuk berperang. Maka aku mengetahui bahwa dia benar.” [Al Muuqin]