Jakarta, Panjimas – – Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas bertemu dengan Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Faisal Abdullah Al-Amudi, di Jakarta. Dalam pertemuan tersebut, Menag juga membicarakan masalah ketidakprofesionalan manajemen Saudia Airlines dalam pengangkutan jemaah haji 1444H/2023M.
Sebelumnya, Kementerian Agama (Kemenag) berharap otoritas Arab Saudi memeriksa manajemen Saudia Airlines, khususnya yang bertanggung jawab dalam penerbangan jemaah haji Indonesia. Pasalnya, sepanjang masa operasional haji 1444H/2023M, Saudia Airlines sebagai salah satu maskapai pengangkut jemaah haji Indonesia kerap berbuat tidak profesional.
Langkah tidak profesional itu dilakukan antara lain dengan sering mengubah kapasitas seat pesawatnya maupun pergeseran waktu penerbangan. Tindakan itu dilakukan secara sepihak, tanpa persetujuan Kemenag.
Menag Yaqut menjelaskan bahwa jemaah haji Indonesia itu banyak berasal dari kepulauan. “Mereka harus terbang atau berangkat lebih awal dari tempat tinggal menuju embarkasi. Jika mereka harus menunggu, kita akan merasa kasian,” ungkap Menag Yaqut, Kamis (8/6/2023).
“Dari perubahan-perubahan penjadwalan itu akan berpengaruh pada Kelompok Terbang (Kloter), dan itu semua akan berpengaruh pada e-hajj,” imbuhnya.
Ia juga meminta pihak Saudi untuk sama-sama proaktif dalam membangun komunikasi selama masa operasional haji. “Jika ada perubahan penerbangan, kami diberitahu lebih awal, agar kami bisa mempersiapkannya,” kata Menag Yaqut.
Menanggapi hal tersebut, Dubes Arab Saudi untuk Indonesia Faisal Abdullah Al-Amudi menyesalkan terjadinya masalah penerbangan jemaah haji Indonesia yang dilakukan Saudia Airlines. Untuk itu pihaknya segera melakukan langkah-langkah penyelesaian kasus tersebut.
“Kami, Kerajaan Saudi Arabia memiliki prinsip bahwa pelayanan jemaah haji tidak boleh sampai terganggu. Bagi kami jemaah haji bukan sekedar penumpang, tapi bagi kami jemaah haji adalah Tamu Allah yang harus dilayani dengan baik,” kata Faisal.
“Kami sangat menyesal atas kejadian perubahan jadwal penerbangan ini. Secara langsung, tadi pagi telah datang dari Arab Saudi untuk merespon cepat kejadian ini,” sambung Faisal Abdullah Al-Amudi.
Faisal Abdullah Al-Amudi juga menjelaskan bahwa pihaknya tidak ingin ada jemaah haji berangkat dalam keadaan marah. Sebab, pada prinsipnya, Saudi Arabia memposisikan jemaah haji Indonesia utamanya jemaah lansia sebagai keluarga.
“Kami selalu berkomunikasi dengan transportasi di Saudi, untuk memberikan pelayanan terbaik, bukan untung semata. Bahkan, tahun ini, kami merasa tersanjung bisa mengangkut jemaah Indonesia yang sangat banyak hingga ratusan ribu jemaah,” kata Faisal Abdullah Al-Amudi.
Faisal juga berharap permasalahan ini dapat segera teratasi dan tidak terulang sehingga tidak mengganggu hubungan dua negara. “Kami tidak ingin membuat marah siapapun, kami siap dipanggil sekalipun. Untuk semua yang terkait haji, kami terbuka bahkan telpon kami selalu on. Kami siap dipanggil, Pak Menteri,” kata Faisal Abdullah Al-Amudi