Jakarta, Panjimas.com – Berikut kisah tentang seorang yang punya kisah sedih tentang kemiskinan di masa lalu dan sekarang memberikan Wakaf 1 Milyar kepada Muhamadiyah.
Kisah ini disampaikan oleh Dr H Saidul Amin MA sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Riau (Umri) sekaligus pengurus PWM Riau
Pagi tadi sebelum mempersilahkan Dr. Anwar Abbas, PP Muhammadiyah memberikan ceramah dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan di kampus Universitas Muhammadiyah Riau, Saya menceritakan sebuah kisah indah kepada para civitas akademika yang hadir di acara itu.
Ada seorang anak lelaki miskin di sebuah kampung kecil di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Beban hidup yang dideritanya mungkin jauh lebih berat Dari tubuhnya sendiri. Sebab ibunya lumpuh dan mereka hidup dililit dalam kemiskinan. Maka setiap hari sebelum pergi sekolah, dia terlebih dahulu mengurus ibunya, dari mulai memandikan, memberi makan bahkan membuang kotoran. Dan semua itu dilakukannya selama tujuh tahun.
Setelah ibunya meninggal dunia, anak ini merantau ke Pekanbaru. Di kota ini hidup dilaluinya dari bawah. Dia merajut penderitaan, menganyam kesedihan. Bermandikan duka. Tapi akhirnya dia berhasil keluar dari kepompong Lara dan nestapa. Satu demi Satu usahanya berhasil, perniagaan nya berjaya. Dia menjadi orang sukses. Saya yakin salah satu penyebab keberhasilannya adalah doa ibu yang selalu dijaganya dengan kasih dan dibelainya dengan cinta.
Lalu saya teruskan pidato, Hari ini orang tersebut ada di hadapan kita, namanya Pak AMRIZAL. Dan dia datang ke mari untuk mewakafkan lebih kurang 1 Miliar hartanya untuk Muhammadiyah.
Kemudian oleh Buya Anwar Abbas ditambahkan lagi bahwa, “Sebenarnya bukan 1 milyar saya rasa nilainya ya. Karena luas tanah yg diwakafkan 970 meter dan harga permeter Rp.3 juta. Jadi sekitar Rp 3 Milyar. Kemudian mesjidnya direncanakan bertingkat dua. “Lantai dasar Insya Allah dananya dari si wakif bapak Amrizal dan yang lantai dua dari Muhammadiyah dan atau masyarakat. Minimal itu biayanya sekitar Rp. 600 – 800 juta untuk lantai dasar saja,” tutur Buya Anwar
Kemudian pak Amrizal dengan langkah yang agak terseok menyerahkan ikrar wakafnya kepada Dr. Anwar Abbas yang juga teman sekolahnya. Kondisi menjadi haru biru. Lalu saya tutup pidato dengan berpesan : “Jika ingin sukses Sayangi ibumu, Cintai ibumu. Dekap dia dalam pelukanmu”
“Surgamu ada di dalam keredhaannya..”