Oleh: Astiningsih
Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang penggalan, sepertinya merupakan kata-kata yang pas dengan kisah pilu ibu Trimah yang “dibuang” 3 orang anaknya ke graha lansia. Mereka menyerahkan segala hal pengurusan ibu mereka bahkan hingga beliau meninggal nanti. Ketika ditanya, sang ibu mengatakan bahwa ia dititipkan ke panti graha lansia karena masalah ekonomi. Ternyata ini bukan kali pertama saja hal seperti ini terjadi. Sebelumnya, pernah ada berita tentang seorang pria lansia di Aceh yang juga mengaku dibuang oleh anak-anaknya, padahal ia dalam keadaan sakit (aceh.tribunnews.com,3/2021). Ada pula kisah lansia terbuang di Malaysia. Seorang ibu diminta anaknya membeli barang lalu ditinggal, setelah lama sang ibu menunggu, ia tak dijemput kembali oleh sang anak (tribunnewa.com,21/10/2019). Mendengar kisah-kisah lansia terbuang ini, sungguh menyesakkan dada. Terbayang kasih sayang dan pengorbanan ibu dengan sepenuh hati mengurus anak-anaknya saat kecil, tetapi ternyata setelah ia tua, anak-anaknya malah membuangnya.Melihat beberapa peristiwa pembuangan lansia tersebut, tentunya perlu dilihat akar permasalahannya serta dicarikan solusi tuntas yang dapat menyelesaikan masalah tersebut.
Saat wawarancara dengan media, Ibu Trimah menyebutkan alasan ia dititipkan di graha lansia adalah karena faktor ekonomi. Faktor ekonomi sering menjadi alasan orang untuk melakukan kemaksiatan. Karena alasan ekonomi, anak tega membuang ibu kandung, karena alasan ekonomi pula banyak kejahatan-kejahatan lain yang terjadi seperti pencurian, perampokan, penipuan, pembunuhan, dll. Melihat kenyataan saat ini, dalam kondisi normal saja jumlah orang miskin sangat banyak, apalagi ditambah dengan kondisi pandemi. Penyebab kemiskinan tersebut bukan hanya karena malas bekerja, tetapi juga karena lahan pekerjaan yang tidak memadai. Ditambah syarat untuk bekerja dengan gaji layak rata-rata mensyaratkan minimal S1, sedangkan biaya pendidikan sangat mahal. Singkatnya, kemiskinan saat ini merupakan kemiskinan struktural. Distribusi kekayaan tidak merata di kalangan rakyat, mayoritas kekayaan dikuasai oleh segelintir orang saja, sedangkan sisanya diperebutkan oleh mayoritas orang. SDA yang seharusnya bisa untuk menyejahterakan rakyat, malah jadi sumber kekayaan para kapitalis. Pemerintah juga hanya berperan sebagai regulator, tidak benar-benar menjamin kesejahteraan rakyat. Inilah fakta pengelolaan kekayaan ala kapitalisme. Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin.
Kapitalisme telah banyak menyebabkan kerusakan dalam kehidupan. Rasanya, saat ini berita kriminal tidak pernah berhenti berseliweran. Belum lagi, adanya permasalahan kehidupan lain, baik itu terkait politik, ekonomi, sosial, budaya. Masalah kemiskinan, biaya pendidikan serta kesehatan yang mahal, pelecehan terhadap ajaran-ajaran Islam, dsb menjadi berita sehari-hari yang tak asing untuk didengar.
Kembali kepada masalah lansia yang dibuang, sejatinya bukan karena masalah ekonomi saja. Faktor lemahnya pemahaman terhadap Islam juga menjadi sebab yang menonjol. Islam memiliki seperangkat aturan yang bisa jadi panduan kehidupan manusia, salah satunya terkait hak dan kewajiban dalam keluarga. Sayangnya, banyak orang yang sudah merasa cukup ketika sudah bisa melaksanakan ibadah mahdah saja.
Islam memuliakan posisi orang tua. Islam menjadikan aktifitas berbakti kepada orang tua sebagai jalan untuk mencari Ridha Allah SWT. Sebaliknya, perlakuan yang buruk kepada orang tua merupakan dosa besar. Rasulullah SAW bersabda,
“Dosa besar yaitu menyekutukan Allah dan durhaka pada orang tua.” (HR Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi).
Dalam hadist lain disebutkan, “Ada dua pintu petaka yang disegerakan akibatnya di dunia, yaitu orang yang zalim dan durhaka kepada orang tua.” (HR Al-Hakim).
Allah SWT berfirman, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah!’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS Al-Isra: 23—24).
Sungguh indah, jika aturan Islam bisa diterapkan secara sempurna dalam kehidupan. Aturan islam menyediakan solusi preventif dan kuratif. Ia akan memberi panduan dan menjadi solusi bagi masalah kehidupan.