Polemik tes wawasan kebangsaan (TWK) akhir-akhir ini mencuat. Bermula dari pertanyaan yang diajukan pada tes tersebut dan berujung pada pemecatan 75 tenaga KPK dengan stigma radikal.
Banyak tokoh berpendapat bahwa TWK tersebut memang sengaja diadakan untuk melemahkan pemberantasan korupsi dengan memecat tenaga kerja yang serius memberantas korupsi.
Jika kita amati, problem bangsa ini berupa korupsi terbukti sangat kronis terjadi mulai dari pejabat daerah hingga pusat. Namun anehnya tes seleksi pegawai lembaga anti korupsi malah bersandar pada pandangan keagamaan yang diklaim radikal.
Sehingga pertanyaan yang muncul adalah pertanyaan yang terkait dengan pandangan keagamaan peserta tes. Kemudian dianggaplah yang memegang teguh agamanya berarti tak akan bisa menyelesaikan tugas sebagai warga negara.
Pertanyaannya sekarang adalah apakah ajaran agama yang dipraktikkan konsisten menghalangi pemberantasan korupsi? Jawabannya justru kebalikannya. Jika ajaran agama dipraktekkan dengan konsisten maka korupsi akan terberantas hingga ke akarnya. Maka inilah yang ditakuti oleh para koruptor. Sehingga upaya mereka adalah memberantas petugas yang teguh dan konsisten.
Islam kaffah adalah ajaran yang paling ditakuti. Maka dimulailah cap radikal kepada pemegang teguh Islam kaffah.
Dengan adanya predikat ini bukan berarti kita menjadi takut memperjuangkan Islam. Namun justru menjadi penyemangat.
Penulis
Syam Arham
Aktivis Muslimah Peduli Ummat
Aceh Barat