SOLO, (Panjimas.com) — Belajar tidak harus melulu menggunakan buku teks di kelas, tetapi juga bisa dilakukan dengan model learning by doing berkunjung ke suatu tempat. Di tempat yang dikunjungi tersebut, para siswa bisa melihat dan melakukan kegiatan secara langsung. Hal itu seperti yang dilakukan sembilan puluh siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta mengikuti kegiatan Edutrip ke Malaysia dan Singapura pada 19 hingga 22 Februari 2019.
Humas SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta, Aryanto menjelaskan bahwa edutrip kali ini para siswa belajar di sekolah terbaik di Malaysia dan Singapura. Dua sekolah tersebut antara lain Sekolah Menengah Kebangsaan Agama (SMKA) Maahad Hamidiah, Malaysia dan Madrasah Al Arabiah Al Islamiah, Singapura.
“Di dua sekolah tersebut para siswa diajak untuk mengenal kultur sekolah, berinteraksi antar siswa, dan mengamati kegiatan-kegiatan belajar di sana,” pungkas Aryanto.
Ia pun menambahkan bahwa para siswa juga menampilkan budaya lokal berupa tarian tradisi dan pencak silat Tapak Suci Putera Muhammadiyah.
“Kita juga berharap performance para siswa tersebut semakin menambah rasa bangga mereka terhadap budaya Indonesia,” tandasnya.
Selain sekolah-sekolah terbaik di luar negeri yang dikunjungi, para siswa mengunjungi beberapa destinasi objek wisata di Malaysia seperti Batu Caves, Cable Car Genting Highland, dan belanja di Sungai Wang. Objek wisata di Singapura yang dikunjungi antara lain Merlion Park, Garden by The Bay, dan Universal Studio Singapura. Terdapat pula perusahaan air minum, New Water di Singapura yang menjadi tempat belajar para siswa. Di sana mereka belajar bagaimana Singapura mengelola air untuk memenuhi kebutuhan air minum warganya.
Aryanto menjelaskan tujuan diselenggarakan edutrip adalah menambah wawasan global internasional para siswa, belajar di sekolah-sekolah terbaik di Malaysia dan Singapura, dan mengenal inovasi-inovasi kemajuan di sana.
“Perjalanan edutrip ini memberikan pengalaman yang berharga bagi para siswa karena mereka bsia melihat dan mengalami secara langsung bagaimana kultur ketertiban, kedisiplinan, dan kemajuan di Singapura dan Malaysia. Mereka juga bisa berinteraksi langsung dengan para siswa di dua sekolah yang dikunjungi,” ujar Aryanto dalam keterangan tertulisnya.
Pengalaman dan nilai-nilai positif terhadap kultur kemajuan di dua negara tersebut akan para siswa bawa ke sekolah untuk disusun menjadi laporan karya tulis. Laporan itu akan dipresentasikan kepada siswa lain. Hal itu diharapkan terjadi sharing pengetahuan dan wawasan untuk pengembangan diri masing-masing siswa.[IZ]