BOLAANG MONGONDOW, (Panjimas.com) – I Nyoman Kawi adalah muallaf mantan Hindu yang memeluk Islam dengan nama hijrah Ali Sadikin. Pria berusia 58 tahun ini dilahirkan di Singaraja, Kabupaten Buleleng Provinsi Bali, lahir di tengah keluarga penganut agama Hindu fanatik.
Pasca meletusnya Gunung Agung tahun 1963 yang memakan banyak ribuan korban jiwa, I Nyoman Kawi yang masih balita diboyong keluarganya mengikuti program transmigrasi ke Bolaang Mongondow Sulawesi Utara. Saat itu, warga Bali eksodus besar-besaran menempati Desa Kembang Mertha, Dumoga Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Hingga saat ini, Desa Kembang Mertha dikenal sebagai “Kampung Bali” dan masih banyak yang penduduknya yang beragama Hindu.
Dua puluh tahun kemudian, saat usianya beranjak dewasa Nyoman Kawi hijrah memeluk Islam. Ia mengikrarkan dua kalimat syahadat pada tahun 1981 dengan nama hijrah Ali Sadikin.
Pasca hijrah menjadi Muslim, pria asal Buleleng Bali ini diguncang ujian iman yang bertubi-tubi dari masalah ekonomi, kesehatan hingga rumah tangga yang gagal. Ujian terberatnya saat ini adalah penyakit stroke yang membuat separo tubuhnya lumpuh. Untuk berjalan saja ia sangat kesulitan, sehingga harus menggunakan tongkat.
“Kondisi saya dalam keadaan tidak sehat. Kaki saya ini lemah karena stroke, tidak mampu berjalan,” ujar Nyoman saat dikunjungi Relawan IDC.
Serangan Stroke, Hidup Sebatang Kara di Gubuk Tak Sehat
Uzur tak mampu berkebun mencari nafkah, Nyoman hanya bisa pasrah dan tawakkal. Kondisi ekonominya hancur lebur. Kini ia hidup sebatang kara dan terlunta-lunta di gubuk lapuk yang sangat tidak layak.
Saat dikunjungi Relawan IDC, Nyoman hanya berdiam diri menempati sebuah gubuk di kebun milik warga.
Gubuk kayu berukuran sekitar 3×4 meter itu sangat kumuh dan tidak layak. Tak ada pintu, jendela, lantai keramik, dapur, kamar mandi, ruang tamu, lemari, kursi maupun interior apapun. Dindingnya tambal sulam dari triplek, spanduk bekas dan kertas bekas kantong semen.
Pintunya hanya kain bekas spanduk, tanpa jendela, dan bumi sebagai lantainya. Tempat tidurnya beralas kasur bekas yang sudah butut dan lusuh. Baju-baju kotor pun berserakan, bergelantungan di sisi-sisi dinding kayu. Tak ada dapur, apalagi kamar mandi atau toilet.
Untuk kebutuhan makanan sehari-hari, Nyoman harus memasak sendiri menggunakan kayu bakar di tungku depan rumah. Parahnya, makanan yang dimasak itu kerap kali tak layak dikonsumsi, misalnya ikan pemberian orang yang hampir basi, karena sudah berulang kali dipanaskan. Apalagi peralatan yang digunakan memasak, hanya wajan yang ditutup dengan seng bekas yang kotor dan berkarat. Sangat tidak higienis. Tak heran jika Nyoman sering sakit-sakitan.
Butuh Hunian Layak untuk Ibadah dan Hidup Lebih Baik
Ustadz Insan Mokoginta –dai pakar Kristologi nasional– yang ikut berkunjung bersama Relawan IDC sangat prihatin. Menurutnya, tidak layak muallaf itu hidup sebatang kara di gubuk yang lebih mirip dengan kandang ayam.
“Ini sangat tidak layak dihuni, ini pantasnya jadi kandang ayam. Buat kandang ayam saja tidak memadai, apalagi manusia,” ujarnya.
I Nyoman Kawi Ali Sadikin meneteskan air mata karena terharu, mendapat kunjungan Ustadz Insan dan Relawan IDC yang datang jauh-jauh dari Jakarta untuk membantunya. “Ya Alloh, alhamdulillah doaku sudah terjawab. Aku ingin hidup lebih baik Ya Alloh..” ungkapnya.
Dalam kondisi fisik yang sudah uzur, Nyoman tak punya harapan yang muluk-muluk. Keinginannya saat ini adalah memperbaiki gubuknya yang sudah lapuk, agar layak dihuni dan nyaman beribadah di dalamnya.
“Kalau boleh, saya ingin sehat. Supaya selalu ada rejeki dari Allah dan tempat ini rencana kita mau perbaiki,” tuturnya dengan logat Manado.
Ramjan Mamonto, Ketua RT setempat membenarkan bahwa Nyoman adalah warganya yang hidupnya paling memprihatinkan. “Kondisi muallaf pak Ali Sadikin ini sudah mau satu tahun dua bulan sangat memprihatinkan di tengah masyarakat di Dusun Tiga Desa Tabang,” terangnya.
Karenanya, ia mendukung keinginan Nyoman, untuk merenovasi gubuknya menjadi rumah yang layak huni. Ia mengapresiasi Relawan IDC yang akan membantu kesulitan salah satu warganya yang muallaf itu.
“Saya sebagai Ketua RT di sini, kalau ada orang yang bisa menyumbang biar pun sedikit, saya sangat berterima kasih dan bersyukur kepada Allah. Karena masih ada orang yang peduli kepada bapak Nyoman Ali Sadikin ini,” ujarnya.
Peduli Kasih Muallaf Mantan Hindu
Ayo bantu hunian layak dan santunan untuk muallaf I Nyoman Ali Sadikin melalui program Peduli Kasih Muallaf. Dibutuhkan dana sekitar 55 juta rupiah untuk merenovasi rumah yang layak lengkap dengan dapur dan mck.
Allah Ta’ala menunjuk muallaf dan fakir miskin sebagai salah satu asnaf yang berhak menerima zakat. Nyoman otomatis sangat berhak menerima zakat karena menyandang status muallaf sekaligus fakir miskin.
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (Qs At-Taubah 60).
Selain itu, beban kesulitan hidup yang menimpa muallaf Nyoman adalah beban kita semua, karena persaudaraan setiap Muslim ibarat satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya otomatis terganggu karena merasakan kesakitan juga.
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى.
“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaq ‘Alaih).
Mari wujudkan hunian yang layak untuk muallaf Nyoman Ali Sadikin. Semoga dengan membantu meringankan beban muallaf tersebut, Allah menjadikan kita sebagai pribadi beruntung yang berhak mendapat kemudahan dan pertolongan Allah Ta’ala.
مَنْ نَـفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُـرْبَةً مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَـى مُـعْسِرٍ، يَسَّـرَ اللهُ عَلَيْهِ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barang siapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat…” (HR Muslim).
Donasi untuk membantu meringankan beban hidup Nyoman bisa disalurkan dalam program Peduli Kasih Muallaf:
- Bank Muamalat, No.Rek: 34.7000.3005 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BNI Syariah, No.Rek: 293.985.605 a.n: Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri Syari’ah (BSM), No.Rek: 7050.888.422 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank Bukopin Syariah, No.Rek: 880.218.4108 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BTN Syariah, No.Rek: 712.307.1539 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank Mega Syariah, No.Rek: 1000.154.176 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri, No.Rek: 156.000.728.7289 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BRI, No.Rek: 0139.0100.1736.302 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank CIMB Niaga, No.Rek: 80011.6699.300 a.n Yayasan Infak Dakwah Center.
- Bank BCA, No.Rek: 631.0230.497 a.n Budi Haryanto (Bendahara IDC).
CATATAN:
- Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 9.000 (sembilan ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.009.000,- Rp 509.000,- Rp 209.000,- Rp 109.000,- 59.000,- dan seterusnya.
- Laporan penyaluran dana akan disampaikan secara online di: infaqdakwahcenter.com.
- Bila bantuan sudah tercukupi/selesai, maka donasi dialihkan untuk program IDC lainnya.
- VIDEO: https://youtu.be/z93ZhTBbWAc
- Info: 08122.700020 – 08567.700020