SOLO, (Panjimas.com) — Merasakan beberapa menit menjadi petani menjadi pengalaman tersendiri bagi 87 siswa kelas 7 SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta pada Sabtu (02/02). Mereka menanam padi di salah satu petak sawah Desa Segaran, Delanggu, Klaten.
Aryanto, Humas SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta menjelaskan bahwa kegiatan para siswa menanam padi di sawah merupakan rangkaian dari beberapa kegiatan home stay di desa tersebut.
“Selama 3 hari dua malam para siswa mengikuti kegiatan home stay. Salah satu kegiatan adalah sekolah sawah yang bertujuan untuk mengenalkan kepada siswa proses menanam padi di sawah sehingga menambah rasa syukur mereka atas karunia yang diberikan Allah SWT,” jelasnya.
Sebelum para siswa terjun ke sawah, mereka mendapatkan penjelasan singkat dari Pak Munadi selaku mentor. Masing-masing kelompok terdiri atas 8 hingga 10 anak.
“Dengarkan anak-anak, 120 hari kita baru bisa memanen padi. Bisa diketahui bahwa kita bisa makan nasi itu membutuhkan tenaga orang lain yakni petani. Maka kalau kita makan nasi jangan sampai tidak habis ya,” jelas Pak Munadi.
Kemudian Munadi menunjukkan bilah bambu panjang yang disebutnya blak. “Satu blak jumlah jaraknya bisa 16 atau 20 tanam,” sembari menunjukkan tanda-tanda jarak dalam blak kepada para siswa.
Tak berlangsung lama, para siswa diajak turun langsung ke sawah. Pak Munadi membagi benih padi kepada barisan siswa yang berjumlah 8 hingga 10 anak. Saat menerima benih, ada siswa yang menjerit karena melihat terdapat ulat.
“Itu bukan ulat ya,” jelasnya sembari tersenyum. “Ambil beberapa benihnya lalu disatukan kayak gini. Dikepalkan ya. Biar bisa berdiri kaya gini,” perintah Pak Munadi. Ia juga menunjukkan contoh beberapa benih padi yang sudah disatukan.
“Blaknya dipegang. Dibawa ke belakang. Trus ditancapkan lagi ya” Terlihat beberapa siswa agak kesusahan melangkahkan kaki ke belakang dengan membawa blak.
“Itu namanya tandur. Nata mundur,” terang Pak Munadi sembari tersenyum dan berharap bisa dilakukan oleh para siswa.
Salah satu siswa, Sazkia mengungkapkan keseruan menanam padi di sawah. “Seru tadi menanamnya. Ada yang berhasil dan ada yang gagal. Gagal karena padinya nggak bisa berdiri. Nanamnya kurang dalam.”
Sazkia pun mengaku sempat berteriak saat memegang benih padi karena menemukan ulat di dalamnya.
“Cara menanamnya yakni benih padi ditaruh di tangan lalu diambil beberapa untai padi kemudian dijadikan satu. Lalu bambunya dilurusin. Nanti ada jarak-jarak lalu ditanam sampai benih habis,” kisahnya sambil tersenyum.
Kegiatan ‘Home Stay’ ini dilaksanakan sejak tanggal 1 hingga 3 Februari 2019 di Desa Segaran. Kegiatan ini melibatkan 30 keluarga dari tiga RW dan sembilan RT. Para siswa dibagi menjadi 30 kelompok. Masing-masing terdiri atas 2-3 anak. Mereka hidup dan melakukan aktivitas bersama orang tua asuh seperti menanam padi ke sawah, membantu masak di rumah, bersosialisasi dengan keluarga, dan membantu pekerjaan lainnya. Terdapat pula kegiatan home industry seperti membuat kipas, dompet, dan menghias gagang pisau. Pengajian akbar bersama warga dan bakti sosial.[IZ]