JAKARTA (Panjimas.com) — Dalam rangka meminimalisir persoalan tour ke Eropa, IITCF menggelar talk show bertajuk ‘Europe Sharing Destination’ di Muamalat Tower Lt. 19 Jl. Prof. DR. Satrio Kav 18 Kuningan Jakarta Selatan, Jumat, 21 Desember 2018.
Dimoderatori langsung oleh H. Priyadi Abadi, M.Par dengan mengundang beberapa narasumber yang juga Senior Europe Tour Leader berpengalaman, seperti Herry Marhono Owner HM Management dan Founder ITLA serta Mr. Ivo Kwok Founder Face 2 Face Tourism Educational Management dan Rudiana Founder ITLA.
Menurut Priyadi, acara talk show ini dihadiri sekitar 60-an para pengelola travel dan para tour leader serta 25 an media cetak maupun online yang akan meliput acara ini. Ia berharap dari acara ini nantinya akan ada pencerahan seputar penyelenggaraan tour ke Eropa yang aman dan nyaman.
“Insya Allah untuk menindaklanjuti talk show ini, IITCF akan kembali menggelar educational trip ke Eropa pada 11 Februari 2019 yang akan diikuti oleh penyelenggara travel dan tour leader, jadi bukan hanya teori tapi langsung praktik di lapangan,” jelasnya.
Tak lupa Priyadi juga menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang turut berpartisipasi memeriahkan acara ini, seperti grand prize 1 full package tour jejak jejak Rosul Cairo – Jordan Jerusalem persembahan dari Amoures Tour operator, 5 buah voucher carefour dari Kuoni Travel Expert serta masih banyak hadiah menarik lainnya, so tunggu apa lagi segera daftar karena tempat terbatas, raih ilmu nya dan dapatkan networknya
Tutorial buat Tour Leader
Eropa dengan segala keindahan dan keunikannya menjadi destinasi yang banyak diburu wisatawan dari berbagai mancanegara. Meski biaya berwisata ke Eropa cukup merogoh kocek, namun peminatnya tak pernah sepi, di musim liburan sekolah maupun dibulan lainnya.
Di balik keindahan tempat-tempat wisata Eropa, ternyata menyimpan berbagai persoalan jika belum memiliki bekal pengetahuan dan pengalaman menjelajahi Benua Eropa ini. Karenanya, penyedia travel yang baru membuka trip Eropa harus memperhatikan berbagai aspek sebelum berani menyelenggarakan paket Eropa.
Menurut Chairman Indonesian Islamic Travel Communication Forum (IITCF) H. Priyadi Abadi, M.Par, penyelenggara tour Eropa harus benar-benar memahami kondisi yang ada di Eropa, “Time management harus sangat ketat dijalankan, jika tidak akan berdampak pada pembengkakan anggaran,” ujarnya memberikan salah satu contoh permasalahan yg sering timbul.
Priyadi menambahkan, penyelenggaraan tour ke Asia sangat berbeda dengan Eropa. Tingkat kerumitannya jauh lebih besar di Eropa. Karena itulah, travel yang sudah biasa menyelenggarakan tour Eropa akan lebih mudah menjalankan trip Asia. “Dalam dunia travel, tujuan Eropa tingkat kesulitannya paling tinggi dibanding Asia atau destinasi lainnya,” paparnya.
Priyadi mengakui meskipun dalam pengalaman dirinya sebagai Tour Leader berpuluh-puluh tahun selalu harus update dengan situasi terkini yang terjadi, seperti memanasnya situasi demo dikota Paris, modus-modus kejahatan seiring tingkat kriminalitas yang naik tajam ataupun merk-merk branded yang sering diburu oleh pelancong kita.
Juga dengan terjun langsung mengurusi segala kebutuhan peserta tour, mulai dari bangun pagi sampai peserta tour terlelap dikamar hotelnya, antara lain memastikan/mencari ruangan santap pagi, mengurusi koper-koper peserta, check out hotel dengan memastikan master bill, lokasi/menu restoran makan siang dan malam, bus yang nyaman dengan segala perlengakapannya seperti CD/DVD utk memutar lagu atau film, tempat objek wisata, dan masih banyak lagi lainnya
“Untuk menggunakan lokal guide fullday di Eropa akan menambah biaya yang sangat tinggi, terlebih lagi lokal guide Eropa hitungannya per jam, dan itu tak lazim dilakukan oleh travel Indonesia,” ujarnya.
Perusahaan travel, tambah Priyadi, harus mempersiapkan Tour Leader yang handal dan berpengalaman dilapangan, salah satu contoh kecil saja lokasi toiletpun harus dikuasai karena akan bedampak fatal bila peserta tour sedang kebelet pipis. Jika tidak maka akan berdampak pada tingkat kepuasan wisatawan, yang itu akan berdampak pada kepercayaan terhadap perusahaan penyelenggara.
“Adanya kasus travel abal-abal, Tour Leader yang tidak bertanggung jawab, isu keamanan di Eropa harus bisa menjadi pelajaran berharga bagi perusahaan travel untuk meningkatkan kualitas layanannya,” jelasnya. (des)