Oleh: Asyari Usman, Penulis adalah wartawan senior
(Panjimas. com) — Di Surabaya, pada 11 Desember 2018, ketua umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Grace Natalie, akhirnya menunjukkan dengan jelas misi dia pribadi dan partainya. Dia menyerang poligami. Dia mengatakan poligami adalah sumber ketidakadilan bagi perempuan. Dia berjanji akan memperjuangkan larangan berpoligami kalau PSI berhasil masuk ke parlemen, tahun depan.
Pernyataan Grace itu kemudian disambut oleh ketua Komnas Perempuan, Imam Nakha’i. Dia mengatakan, poligami bukan ajaran Islam.
Setelah itu, bermunculanlah reaksi-reaksi keras. Sekjen MUI Anwar Abbas mengatakan, pernyataan bahwa poligami bukan ajaran Islam sama sekali tidak berdasar dan menyesatkan. Beberapa tokoh lain ikut berkomentar. Ketua Umum PPP Muhammad Romahurmuziy memperingatkan agar PSI tidak menyerang keyakinan. Jurubicara TKN Jokowi-Ma’ruf (Ko-Ruf), Farhat Abbas, malah meminta agar PSI dikeluarkan dari koalisi Jokowi.
Sedikit tentang kesimpulan Grace bahwa poligami adalah sumber ketidakadilan bagi perempuan. Ada yang perlu dipertanyakan. Bagaimana cara kesimpulan ini dibuat? Dari mana ketua PSI bisa tahu poligami selalu tidak adil?
Menurut saya, Grace tidak bisa membuat kesimpulan yang simplistik dan cenderung memburukkan poligami. Dan juga memburukkan semua pernikahan poligami yang sah di dalam Islam. Kesimpulan itu kelihatannya lebih banyak dipegaruhi oleh perasaan Grace sebagai perempuan yang tak suka suaminya beristri lebih dari satu.
Menilai dengan perasaan, tentu boleh-boleh saja. Tetapi, semua rumah tangga poligami tidak bisa digeneralisasikan sebagai TKP ketidakadilan. Tidak saya pungkiri bahwa poligami bisa saja bermasalah. Namun, menjatuhkan vonis bahwa setiap poligami sama dengan ketidakadilan, sangatlah gegabah.
Karena itu, saya melihat tekad Grace untuk membuat UU yang melarang poligami bilamana PSI berhasil masuk ke DPR merupakan serangan terhadap syariat Islam. Dan saya melihat Grace dan PSI mempunyai misi yang jauh lebih besar dari sekadar mempersoalkan poligami. Menurut saya, dia berusaha untuk mengobrak-abrik Islam dengan berkamuflasekan ketidakadilan poligami.
Nah, mengapa Grace Natalie menyerang poligami? Apakah langkah dia mengutak-atik poligami terjadi secara spontan?
Saya berpendapat bukan spontanitas. Kalau dilihat dari proses kelahiran PSI, tampaknya serangan Grace terhadap poligami dilakukan secara terencana. Menurut hemat saya, Grace dan rombongannya melahirkan PSI karena resah melihat umat Islam yang belakangan ini makin solid.
Grace Natalie meributkan poligami dengan tujuan untuk, secara sistematis, menciptakan kebencian maluas terhadap hukum Allah yang membolehkan laki-laki beristri lebih dari satu. Tidak terlihat tujuan lain ketua PSI kecuali untuk menyebarkan dan menguatkan kebencian terhadap poligami. Terutama di kalangan umat Islam sendiri.
Setelah kebencian meluas terhadap poligami itu mengeras di kalangan umat Islam, akan terbukalah pintu bagi PSI, bagi Grace Natalie, untuk melancarkan misi besar mereka. Yaitu, mendegradasikan Islam dan umat Islam. Menurut hemat saya, sasaran akhir Grace adalah menciptakan kerisihan umat Islam sendiri terhadap keseluruhan sistem syariat Islam.
Mengapa Grace mengawali serangannya terhadap Islam dari poligami? Karena ‘item’ inilah yang paling seksi. Yang sangat kontroversial. Yang paling cepat membelah umat Islam, khususnya kaum perempuan. Grace dan para ahli strategi anti-Islam yang mendukung misi PSI, sangat paham bahwa poligami selalu menjadi perdebatan panas. Mereka tahu umat Islam sangat sensitif dalam masalah ini.
Grace dan mesin anti-Islam yang berada di belakangnya tahu bahwa kelompok yang tak suka poligami di kalangan umat Islam selalu ‘menang’ dalam perdebatan tentang baik-buruknya poligami. Inilah yang mereka manfaatkan. Mereka, langsung atau tak langsung, akan mengelola suara yang menentang poligami itu. Mereka akan menancapkan kuat-kuat penentangan terhadap poligami.
Setelah itu tercapai, menurut hemat saya, Grace Natalie berharap ‘final destination’ (tujuan akhir) dari misi PSI dan misi pribadinya akan terealisasikan sesuai target. Target itu adalah menjadikan umat Islam sendiri yang akan menggugat ajaran Islam. Menggugat al-Quran dan hadits. Ketua PSI ingin melihat orang Islam sendirilah yang akan menjelek-jelekkan ajaran Islam.
Dalam bayangan Grace Natalie, pada suatu waktu di masa depan, orang Islam akan mempersoalkan kewajiban sholat, puasa Ramadan, ibadah haji, dlsb. Akan bermunculan ‘ulama’, ‘ustad’, ‘muballigh’, ‘penceramah’ binaan PSI yang mempersoalkan syariat Islam yang mereka anggap ‘unfriendly’ (tak ramah) terhadap pluralisme.
Boleh jadi akan mereka deskripsikan bahwa memakai jilbab di ruang publik tidak mencerminan kebersamaan dan pesaudaraan. Dikampanyekanlah bahwa jilbab (hijab) adalah busana yang memecah-belah bangsa. Tak sesuai dengan sila persatuan di dalam Pancasila. Sampailah nanti tercapai target demonisasi busana muslimah sebagai bentuk pakaian yang anti-sosial. Busana eksklusif. Busana anti-kebinekaan.
Mungkin di tahun ke-10 atau ke-15 PSI berkiprah, apalagi setelah anggota parlemennya banyak dan kemudian menjadi bagian dari kekuasaan eksekutif, mulailah mereka menerbitkan legislasi yang melarang total pemakaian jilbab bagi para pegawai negara. Tak lama kemudian, akan menyusul peraturan yang melarang sholat di kantor-kantor pemerintah dan BUMN. Akibatnya, melaksanakan sholat semakin sulit.
Itu yang saya bayangkan tentang misi PSI. Misi Grace Natalie dan rombongannya. Dia merekrut sejumlah perempuan Muslim supaya terlihat misi yang ia rencanakan didukung oleh orang Islam juga. Supaya terkesan bahwa kampanye anti-poligami adalah kampanye yang dilancarkan oleh orang Islam sendiri.
Terus, bagaima kira-kira dampak kampanye anti-poligami PSI terhadap upaya kubu Ko-Ruf untuk meraup suara umat Islam di pilpres 2019?
Sejumlah petinggi di kubu Ko-Ruf melihat serangan PSI terhadap poligami akan memproyeksikan Jokowi sebagai anti-Islam. Padahal, Jokowi sendiri memang sedang mengalami kerepotan untuk menangkis tuduhan bahwa dia anti-Islam. Kubu Ko-ruf sangat khawatir sepak-terjang PSI akan merugikan elestabilitas capres 01.
Sebagai penutup, umat Islam tentu tidak perduli soal elektabilitas siapa pun. Karena memang tak penting. Yang sangat mendasar bagi umat adalah tujuan besar Grace Natalie, tujuan besar PSI, dibalik serangannya terhadap poligami.
Menurut hemat saya, tujuan besar berjangka panjang itu ialah untuk melumpuhkan umat Islam. Saya tidak tahu apakah Grace dan PSI sadar bahwa mereka sekarang telah membuat suasana frontal dengan umat Islam.