SOLO, (Panjimas.com) – Survei Sosial Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik pada 2016 menunjukkan, dari 4,6 juta anak yang tidak sekolah, satu juta di antaranya adalah anak-anak berkebutuhan khusus dan berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah anak berkebutuhan khusus (ABK) di Indonesia mencapai angka 1,6 juta anak.
Dari 514 kabupaten/kota di seluruh tanah air, masih terdapat 62 kabupaten/kota yang belum memiliki SLB. Saat ini jumlah anak berkebutuhan khusus yang sudah mendapat layanan pendidikan baru mencapai angka 18 persen, sekitar 115 ribu anak berkebutuhan khusus bersekolah di SLB, sedangkan ABK yang bersekolah di sekolah reguler pelaksana Sekolah Inklusi berjumlah sekitar 299 ribu. Masih ada sekitar 82 % ABK yang belum mendapatkan hak pendidikan.
Dompet Dhuafa Pendidikan (DD Pendidikan), salah satu divisi Dompet Dhuafa yang fokus pada peningkatan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia, merasa terpanggil untuk turut serta memberikan solusi atas permasalah tersebut. Upaya ini dilakukan DD Pendidikan dengan menghelat acara bertajuk Kajian Pendidikan Inklusi “Pendidikan Untuk Berkualitas: Fakta Atau Fatamorgana”.
Acara berformat panel ini dilaksanakan pada Sabtu, 8 Desember 2018. Dilaksanakan dalam rangka memperingati hari Pendidikan Difabel Internasinal pada tangggal 3 Desember. Acara dimulai pukul 08.00 hingga 12.00. Agar lebih menyerapi kajian pendidikan inklusi acara pun diadakan diadakan di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa (BBRSBD) Prof.Dr. Soeharso Jl. Tentara Pelajar Jebres, Surakarta.
Sederet tokoh, profesional di bidangnya serta anak difabel yang berprestasi dan menginspirasi telah hadir untuk menjadi narasumber Kajian Pendidiikan Inklusi ini. Mereka adalah Drs. Hasto Daryanto, MPd, Kepala PLA Surakarta; Bayu Candra Winata (Dompet Dhuafa Pendidikan); Inayah Adi Oktaviana (Founder GAPAI (Gerakan Peduli Indonesia Inklusi); Hanik Puji A (Peraih 2 Medali Emas Balap Kursi Roda Papernas 2018); dan Sri Sugiyanti (Peraih 3 Medali Perak dan 1 Perunggu Parcycling ASIAN Paragames 2018).
Narasumber kajian pendidikan inklusi ini cukup meliputi segenap pihak yang fokus terhadap dunia pendidikan inklusi. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai dari perhelatan ini, yaitu untuk membangun kesadaran masyarakat tentang pendidikan Inklusi yang ramah terhadap tumbuh kembang anak.
Acara ini juga diharapkan dapat memberikan alternatif model pengembangan pendidikan inklusi dan memperkuat peran pemerintah dalam penyelenggaraan dan pengelolalan pendidikan inklusi baik kebijakan maupun kualitas implementasinya.
Kehadiran narasumber dari berbagai latar belakang tersebut juga dimaksudkan untuk membangun sinergi antara pemerintah, komunitas yang bergerak di bidang pendidikan inklusi, juga NGO. Sinergi ini diharapkan mampu meningkatkan kuaitas pendidikan untuk semua termasuk pendidikan yang ramah difabel, jelas Aidil Azhari Ritonga sebagai Direktur CESA (Direktur Center for Education Study & Advocacy Dompet Dhuafa Pendidikan).
Perbaikan kualitas pendidikan di negeri ini bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja. Segenap pihak harus bersinergi, bekerjasama untuk menuntaskan problematika pendidikan Indonesia yang menggunung. Semoga langkah kecil berupa kegiatan ini dapat menjadi inspirasi bahwa siapapun bisa ambil bagian untuk membawa perbaikan pada negeri yang kita cintai ini. [RN]