(Panjimas.com) – Penguasa saat ini sepertinya mempunyai “ilmu pelet” luar biasa. Cukup banyak, apakah ilmuwan, profesor, ahli hukum, tokoh agama, dan banyak lagi, ketika sudah mendekat ke kekuasaan, praktis daya dan nalar kritisnya seakan tercerabut akibat bekerjanya “ilmu pelet” penguasa.
Geli melihatnya, ada beberapa profesor, ilmuwan, tokoh agama, yang sebelumnya begitu kritis, tapi setelah masuk di lingkar kekuasaan, kekritisannya hilang. Menyedihkan sekaligus memuakkan juga.
Termasuk orang bernama Denny JA. “Tukang survei” ini sejak mendekat ke penguasa itu banyak sekali keanehan-keanehan, terutama terkait dengan hasil surveinya dan meme-meme yang dibuatnya. Banyak yang ngaco.
Denny JA sekarang tengah gemar memproduk meme-meme yang sangat menjilat ke penguasa. Salah satunya meme tentang Amien Rais dan PAN seperti di bawah ini.
Menyebut kritik Amien Rais sebagai kontraproduktif terhadap elektabilas PAN itu jelas ngawur.
Saya yakin ini hanya sekadar pernyataan Denny, bukan berdasarkan survei. Kalau pun menyebut sebagai hasil survei, pasti metodologi surveinya ngawur. Justru sikap kritis Amien Rais terhadap penguasa itu menyolidkan pemilih PAN dan meningkatkan elektabilitas PAN. Pemilih PAN di bawah semakin solid. Belum lagi bergabungnya Bang Haji Rhoma Irama dan Partai IDAMAN semakin menyolidkan dan menambah amunisi bagi PAN. Rhoma Irama adalah sosok musisi yang dikenal kritis melalui lagu-lagunya. Lebih memilihnya Bang Haji bergabung dengan PAN ketimbang bergabung dengan partai yang pernah dibelanya pada Pemilu 2014: PKB, saya yakin karena faktor dominan tampilan Amien Rais yang kritis kepada penguasa.
Di kala banyak kalangan mengharapkan adanya tokoh-tokoh yang berani melakukan kritik terhadap penguasa, Amien Rais termasuk sedikit bahkan sangat sedikit dari tokoh yang secara konsisten mengisi ruang kritis tersebut.
Coba, mana ada tokoh yang seusia Amien Rais masih terus berani melakukan kritik-kritik atas banyak hal yang memang pantas dikritisi.
SBY sudah dan pasti akan banyak diam, kecuali ngettwit sedikit-sedikit kritis. Tapi untuk total tampil kritis terhadap penguasa, percayalah SBY tak akan mempunyai keberanian. Bagaimana mungkin orang yang pernah jadi presiden dua periode mempunyai keberanian untuk kritis.
Wiranto sudah nyaman dan bahkan seperti terlihat sangat menikmati berada di lingkar kekuasaan. Masih belum cukupkah sederet jabatan yang pernah disandangnya selama Orde Baru berkuasa dan di awal-awal Reformasi?
Megawati lebih tidak jelas lagi. Megawati tak lebih hanya seorang anak biologis Soekarno, tapi bukan dan bahkan sangat jauh untuk menyebut sebagai anak ideologis Soekarno. Entah sampai kapan Megawati akan mengerami PDIP terus, sementara Amien Rais cukup menjadi Ketua Umum PAN satu periode. Sekali lagi, satu periode. Keteladanan yang rasanya sulit dicontohkan oleh Ketua Umum partai manapun.Bandingkan dengan Megawati, sejak 1994 hingga sekarang masih terus menjadi Ketua Umum PDIP.
Bandingkan pula Amien Rais dengan “anak muda” yang sudah menjabat Ketua Umum sebuah partai politik berkali-kali tapi belum terlihat mau mengakhirinya. Sesuatu yang tak pantas diteladani.
Meme Denny JA yang beberapa kali menyudutkan Amien Rais dan PAN juga harus menjadi warning bagi kader-kader PAN di seluruh Indonesia.
Kecurangan dalam pemilu di Indonesia, meski di era Reformasi sekalipun itu sesuatu yang niscaya. Bukan tidak mungkin, meme-meme Denny JA adalah sinyal awal dari keculasan dan kejahatan yang bakal dilakukan oleh penguasa untuk memberangus partai kritis seperti PAN melalui legitimasi politik berupa Pemilu, tentu pemilu yang berlangsung dengan penuh kecurangan.
Apalagi Denny juga menyebut “jika Prabowo kalah pada Pilpres 2019…”. Ini juga harus dijadikan sebagai sinyal tentang kemungkinan Prabowo akan dicurangi kembali sebagaimana pada Pilpres 2014.
Lalu Denny juga menyebut “akan lahir PAN baru yang lepas dari bayang-bayang Amien Rais”. Pernyataan ini sebaiknya harus ditafsir sebagai sebuah penegasan bahwa kalau Jokowi terpilih kembali sebagai Presiden, maka tugas pertamanya akan mengerjai PAN dengan mengintervensi pelaksanaan Kongres PAN 2020.
Melihat gelagat politik yang ditampilkan penguasa saat ini, bukan hal mustahil bahwa kecurangan pemilu dan intervensi politik terhadap partai politik yang kritis akan dilakukan. Tidak hanya secara sistematis dan terstruktur, tapi juga sangat biadab dan bringas, melebihi apa yang pernah dilakukan rezim Orde Baru.
Penulis: Ma’mun Murod Al-Barbasy
Presidium Aliansi Pencerah Indonesia (API)