SOLO, (Panjimas.com) — Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Muhammad Iqbal kembali menggelar HMI School of Heritage untuk kali kedua. Kal ini. Kali ini mereka berupaya melakukan napak tilas jejak kiprah Samanhudi dalam membangun basis ekonomi keumatan di Kampung Batik Laweyan, Surakarta, Rabu (17/10).
“Samanhudi adalah tokoh penggerak perekonomian di surakarta,melalui SDI (Sarekat Dagang Islam) dan batik, beliau berhasil membangun ekonomi berbasis keumatan, khususnya di laweyan sebagai pusat pergerakan”, ujar Koordinator Acara HMI School of Heritage, HMI Komisariat Muhammad Iqbal, R. Syech Adni.
HMI School of Heritage #2 ini pun langsung mengunjungi ke dua lokasi yang dinilai penting dan bersejarah untuk mengenal lebih dekat sepak terjang Haji Samanhudi seperti Kampung Laweyan dan Masjid Laweyan.
Melalui forum ini pula seluruh peserta diberikan kesempatan untuk bisa berdiskusi dua arah demi mengenal lebih jauh tentang sosok Samanhudi, Kampung Batik Laweyan dan Ekonomi Keumatan yang pernah ada dan berjaya di masa lalu.
Salah seorang peserta Andri Setiawan misalnya menyebutkan jika SDI pada awalnya bernama Rekso Rumekso, semacam siskamling kalau bahasa sekarang. Mengingat pada waktu itu batik orang milik pribumi, Jawa sering dicuri baik oleh orang Cina maupun sesama orang jawa dan ada juga tindak kriminal. Selain untuk melindungi ancaman kriminal, dalam perkumpulan ini juga terdapat aktivitas tolong menolong, seperti mengujungi anggota yang sakit dan semacamnya. Hanya saja orang-orangnya rata-rata dari para pengusaha/pekerja yang bergerak di bidang batik. Baru kemudian pada perkembangan selanjutnya menjadi Sarekat Dagang Islam.
“SDI dan SI Fokus awalnya memang ke arah ekonomi, dengan kondisi bangsa yang dijajah. Ikhwal perbaikan yang pertama adalah ekonomi. Mengapa disebut sebagai penguatan ekonomi umat, adalah dari jaringan yang bergerak mengakar rumput dan tujuannya adalah ekonomi umat yang berkeadilan.” tutur Andri.
Melalui pembahasan mengenai sosok Samanhudi, Kampung Laweyan dan Ekonomi Keumatan selain menjadi tuntutan keberlanjutan materi dari pertemuan sebelumnya yakni Peta Perekonomian, Politik dan Keagamaan di Kota Solo. Tujuan lain ialah agar peserta HMI School of Heritage mampu mengenal tokoh pergerakan dan sejarah pergerakan keumatan khususnya dalam bidang perekonomian yang berlangsung di Solo. Dan hal yang tidak kalah penting ialah mendorong minat membaca dan berdiskusi untuk menambah wawasan yang lebih luas, baik di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya.
Acara yang dijadwalkan rutin ini menelusuri jejak sejarah di kota Solo, khususnya jejak pergerakan Islam beserta tokohnya. Acara ini terbuka bagi semua kalangan, khususnya mahasiswa di lingkup UNS, khususnya dari Fakultas Ilmu Budaya dan Fakultas Seni Rupa dan Desain UNS. Acara yang berbentuk “discuss on the road” ini menghadirkan pemantik dari alumni Ilmu Sejarah UNS, Yuwana Galih.[IZ]