BENGKULU (Panjimas.com) – Wajahnya penuh senyum sumringah. Di tengah kesibukannya melayani pembeli yang terus berdatangan, ia sesekali menanggapi sapaan pembeli.
“Tadi pesan apa aja, Pak?” tanya dia kepada salah seorang pembeli mie rebus, Rabu, 26 September 2018, malam.
Pria itu adalah Mas Tomo, seorang pemilik kantin di Asrama Haji Bengkulu. Ia begitu senang karena Kompetisi Sains Madrasah (KSM) 2018 yang digelar Kementerian Agama RI di Asrama Haji Bengkulu, rupanya membawa berkah baginya.
Kini, kantin yang hanya berukuran sekitar 4 meter persegi itu begitu ramai pengunjung dari pagi hingga malam hari. Display barang-barang dagangannya pun seperti kopi, mie rebus, dan mie goreng terlihat sudah berkurang.
Wadah telur yang tadinya menumpuk di kantin yang berlokasi di pojokan Asrama Haji itu kini juga sudah mulai menipis. “Alhamdulillah, kami benar-benar bersyukur, karena biasanya di sini sepi,” kata pria 28 tahun itu. Dia bekerja di warung itu bersama Sang Istri.
Menurutnya, kantin yang ia kelola memang musiman alias mengikuti seremonial yang digelar di Asrama Haji. Namun persoalannya kata dia, seremonial itu sangat jarang, karena asrama haji biasanya hanya ramai pengunjung di saat musim Haji saja.
“Biasanya kita enggak ada apa-apa, harus nunggu musim haji, baru ramai,” ujarnya. Ketika ditanya penghasilannya selama KSM berlangsung, dia tidak mau menyebutkannya, karena omset selama tiga hari ini kata dia, belum ia hitung.
“Yang jelas kita nggak ada perbandingan, karena biasanya kan nggak ada pemasukan kayak gini kalau hari biasa,” jelasnya.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Aswandi, seorang pedagang singkong dan jus buah yang berdagang di arena KSM 2018.”Saya bersyukur Pak, karena bisa meraih untung dengan adanya event ini. Kami bersyukur kami bisa berjualan di sini, karena kadang ada acara yang tidak boleh jualan,” kata Aswandi, Kamis malam kemarin.
“Jadi di sini, meskipun kita bayar tenda tapi juga murah, dan alhamdulillah setiap hari juga bagus omset kami.”
Saat ditanya tentang seberapa besar omset yang didapat dari penjualannya di arena KSM 2018, ia mengaku tidak tetap. Tetapi yang paling besar kata dia di saat pembukaan KSM pada Selasa, 25 September lalu.
“Saat pembukaan itu kalau nggak salah sehari sampai Rp 6 juta. Kalau belakangan ini, ya paling Rp 3-4 juta. Ini sudah lumayan besar,” kata pedagang 45 tahun itu.
Aswandi, penjual singkong goreng yang menggunakan slogan “Singkong goreng paling empuk di dunia” itu mengaku bukan asli warga Bengkulu. Ia berasal dari Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Oleh karenanya, ia datang dari Bukit Tinggi ke Bengkulu ini dengan menempuh jarak sekitar 12 jam.
“Memang kalau saya selalu memperhatikan agenda-agenda besar di daerah-daerah Sumatera ini agar kita bisa datang. Kemarin kan memang ada acara juga sebelumnya di Bengkulu ini. Nah pas acara KSM ini kita memang sudah tahu kalau ada agenda siswa Madrasah.”
Keberkahan KSM 2018 ini tidak hanya dinikmati oleh para pedagang saja, tetapi juga para pengais rezeki lainnya, termasuk penyedia jasa di wilayah Bengkulu. Mulai jasa penyewaan kendaraan, jasa penunjuk jalan, hingga jasa penginapan dan perhotelan di sekitar Asrama Haji Bengkulu. (**)