Oleh: Nasrudin Joha
(Panjimas.com) – Belum lama ini, kasus Century di goreng lagi. Anda tahulah, siapa yang dibidik jika kasus century kembali diangkat. Jika disebut kasus century, ingatan Anda akan sampai pada partai tertentu, dan tentunya ‘tokoh tertentu’.
Lakon dan dalang sama saja, muncul wajah lama yang mengunggah kasus century. Minta dituntaskan, tidak digoreng-goreng. Padahal? Itu juga gorengan.
Entah berhubungan atau tidak, sebelumnya Partai Demokrat resmi melaporkan media televisi dan online nasional ke Dewan Pers terkait pemberitaan media asal Hongkong Asia Sentinel yang dikutip dan dianggap merugikan Ketua Umum partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Asia Sentinel menulis berita berjudul “Indonesia’s Vast Criminal Conspiracy’ yang diterbitkan pada 11 September 2018. Artikel itu mengulas hasil investigasi setebal 488 halaman terkait kasus bailout Bank Century. Hasil investigasi itu termaktub dalam berkas gugatan yang diajukan Weston Capital International ke Mahkamah Agung Mauritania bulan lalu.
Kalau mau jujur, mengangkat isu century targetnya bukan penegakan hukum. Itu ‘jap-jap’ politik, agar lawan merubah haluan politik atau setidaknya tidak maju lebih jauh merusak kepentingan politik tertentu. Hukum? Sudahlah, hukum itu abdi politik. Hukum berjalan diatas rel dan kemauan politik. Percayalah, hukum bukan panglima.
Dongeng Century ini mirip, sama dan sebangun dengan legenda BLBI. jika disebut kasus BLBI, Anda juga akan sampai pada partai tertentu dan ‘sosok’ tokoh tertentu.
Tapi yakinlah, Century dan BLBI itu sama fiktifnya. Century dongeng, BLBI legenda. Membahas keduanya, laksana mendengar kisah malin Kundang, Sangkuriang, atau Bandung Bondowoso. Antara ada dan tiada.
Kerusakan yang ditimbulkan BLBI dan Century, sama-sama telah dirasakan rakyat. Tapi lagi-lagi keduanya seperti kentut, ada bau tak dapat dipegang. Saya berani bertaruh, aktor utama kasus century dan BLBI hingga yaumul hisab kelak, tidak akan pernah terkuak.
Pengadilan dunia tidak akan mampu menjangkau keduanya.
Komplotan BLBI yang saat ini berkuasa, menyerang gerombolan Century. Sementara itu, kroni-kroni Lapindo, berenang riang diatas lumpur keduanya. Anda masih ingat, perluasan peta area Terdampak dan APBN perubahan yang mengkover tanggung jawab Lapindo?
Dulu geng BLBI dan geng Lapindo bertarung habis, geng Lapindo menaruh orang cerewet di parlemen untuk mengalihkan isu, sampai penyelundupan kepentingan Lapindo melalui perubahan APBN sukses, geng BLBI merasa dikibuli.
Jadi, kalau hari ini geng Lapindo dan geng BLBI berkoar menuntut kasus century, percayalah itu cuma dongeng. Itu cuma manuver politik. Mereka, ketika kekuasaan beralih, juga akan dibalas. Geng Century juga tidak akan tinggal diam.
Sekali lagi, cecurut politik itu tidak pernah memikirkan rakyat. Rakyat, hanya dijadikan dalih untuk mengunduh kekayaan negara, agar dapat dipindahkan ke kantong pribadi dan kelompoknya.
Tapi saya akui, main kayu geng BLBI saat ini lebih parah dari rezim yang lain. Main injaknya kasar. Mungkin karena terbiasa jadi oposisi, jadi tidak biasa menjadi penguasa. Gaya oposan yang kasar, dikonversi dengan menginjak lawan, menggoreng kasus lawan, jika tidak berkesesuaian pandangan politiknya.
Itulah politik di negeri ini sodara. Jadi, jangan merengut jika rakyat inginkan syariat Islam. Sebab, model pengelolaan kekuasaan yang dipertontonkan terlalu telanjang, kekuasaan yang dikelola perompak dan penyamun. Sah, rakyat ingin penyegaran.