(Panjimas.com) – Terik mentari yang menyala pada Jumat siang yang membara (7/9), tak mampu menyurutkan langkah para peserta aksi Bela Suherman Jilid 3. Dari kejauhan, barisan pemuda Islam dan para mujahidah terlihat membawa Al Liwa dan Ar Roya, berbaris rapih dan berjalan di sepanjang kaki lima Jl. A. Yani Bekasi, berbanjar beriringan dari masjid Islamic Center Kota Bekasi menuju kantor walikota Bekasi.
Sejurus kemudian, mobil komando yang membawa peralatan sound sistem segera tiba, membentuk formasi berada tepat di pintu gerbang kantor walikota Bekasi, membelah sekaligus menjadi pembatas barisan peserta Ikhwan dan akhwat. Sambil menunggu peserta yang terus datang berbondong, pembawa acara terus melantunkan sholawat Al Asgily.
Di sepanjang sudut lingkaran aksi, tampak Laskar Pembela Islam (LPI) berdiri tegap, rapih, dengan seragam warna putih terlihat gagah mengawal aksi. Para petugas keamanan (Tim Kam) dan koordinator lapangan juga terlihat sibuk mengatur barisan, agar aksi tidak mengganggu hak publik untuk menggunakan jalan.
Di sudut belakang mobil komando, nampak para tokoh ormas, para ulama dan ustaz yang juga ikut hadir dalam agenda aksi. Terlihat ada Ust. Maulana Hamdani dari Garis Bekasi, Ust Verry dari FAPB, Ust Ismail lbrahim dari GISS Bekasi Raya, Ust Salman dari FPI Bekasi Raya, Ust Arifin, Ust Hidayatullah, bahkan ada juga Ust Wildan Hasan dari MIUMI.
Tidak ketinggalan, nampak hadir Ust Irwan Syaifulloh dari PA 212, ada Kiyai Umar, Kiyai Abu Hanifah, Kiyai Ahmad Zainuddin. Terlihat pula barisan generasi pemuda Islam yang ikut menyemarakkan aksi damai ini. Ribuan peserta aksi begitu khusuk menyimak orasi dari para pembicara.
“FKUB itu Forum Untuk Menjaga Kerukunan Umat Beragama. Sayangnya, dalam fakta persidangan ada saksi justru yang menerangkan melalui pertemuan FKUB mendorong kasus ini ditindak agar memberi pelajaran. Lantas, apa saudara kita Shodikin dan Suherman di penjara itu sebuah pelajaran ? Bukankah itu kezaliman?” Ungkap Ust Verry dalam orasinya.
Ust Irwan Syaifulloh dari Persaudaraan Alumni 212, begitu gemas melihat proses penegakan hukum di negeri ini.
“Ini benar-benar kezaliman yang nyata. Seluruh lini penegakan hukum di negeri bobrok, di kepolisian, kejaksaan, pengadilan bahkan di Pemerintahan. Hukum hanya tajam kepada umat Islam, tetapi tumpul kepada para penista agama”. Terangnya.
Ustadz Salman, dalam orasinya menegaskan bahwa aksi yang dilakukan umat Islam untuk bela shodikin dan Suherman ini belum mengerahkan seluruh kekuatan. FPI Bekasi baru mengawal, belum sepenuhnya menurunkan seluruh anggotanya.
“Jika Suherman dan shodikin tidak dibebaskan, maka kami dari FPI siap menumpahkan darah untuk meraih Syahid di jalan Allah SWT. Kami siap berperang membela agama Allah SWT” tegas Ust Salman berapi-api.
Kasus Suherman dan Shodikin memang sensitif, tidak sekedar kasus penyebaran kebencian melalui sarana ITE, tetapi telah masuk persinggungan antar agama. Sayangnya, sejak awal pemkot Bekasi tidak mengambil ikhtiar maksimal untuk mencegah kasus ini.
Diketahui, sebelum kasus bergulir telah ada pertemuan dalam forum pimpinan daerah yang membahas ihwal konten ini. Bahkan, ditingkat koordinasi antara umat beragama, telah pula dibuat forum pertemuan yang difasilitasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).
“Kami sangat menyayangkan didalam forum FKUB justru merekomendasikan kasus ini diproses, bukan dimediasi untuk didamaikan demi menjaga kerukunan. Padahal, Kiyai Ishomudin Mochtar yang mendapat kiriman surat ancaman perang salib langsung via pos, tegas menolak membawa ke proses hukum demi menjaga harmoni” ungkap Ust Verry.
Sebelumnya para tokoh ormas dan aktivis Islam juga telah meminta kepada Kapolresta Bekasi Kombes Pol Indarto agar memfasilitasi damai. Namun, perkara shodikin justru dipercepat dan dilimpahkan ke kejaksaan.
Walikota Rahmat Efendi ketika itu, sempat menemui Suherman dan menyatakan telah memberi maaf. Sayangnya, ungkapan maaf ini tidak ditindaklanjuti dengan memfasilitasi para pihak agar perkara tidak berlanjut dan memantik disharmoni sosial ditengah masyarakat Bekasi.
Namun, dibalik musibah dan ujian yang menimpa Suherman dan shodikin, ada hikmah besar. Penulis melihat, betapa semangat keislaman dan membela saudara seiman dan seakidah Islam nampak begit kuat auranya menyelimuti seluruh peserta aksi. Suasana persaudaraan begitu hangat, dan yang begitu terasa adalah kembalinya semangat juang para ksatria, para mujahid Bekasi.
Ya, kasus Suherman dan shodikin ini membangunkan para ksatria Islam, para mujahid Bekasi kembali pada khittoh perjuangannya. Kembali bersatu padu, membela dan melindungi agama Islam dan para pengembannya. Para ksatria itu, telah kembali pada khittohnya. [RN]
Penulis, Ahmad Khozinudin, S.H
Lbh-pelitaumat.com