Oleh: Ainun Syaifia Salsabila
Beberapa hari yang lalu ekonomi Indonesia mendapati masalah seputar nilai rupiah yang melemah.
Kurs rupiah terus melemah terhadap dolar AS. Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), mata uang Garuda itu hari ini, Kamis (28/6), berada di posisi Rp 14.271 per dolar AS. Bahkan, dari pantauan di Reuters, rupiah telah mencapai Rp 14.325 per dolar AS. Kemudian di spot perdagangan mata uang telah menembus Rp 14.370 per dolar AS pada pukul 15.00 WIB. (Republika)
Berita berikut adalah yang ter-update hari ini. Seperti beberapa hari sebelumnya media-media juga membicarakan rupiah yang semakin melemah. Kondisi ekonomi seperti berpengaruh pada yang lain. seperti naiknya harga kebutuhan pokok, BBM, harga gas elpiji yang dibedakan ada yang subsidi dan non subsidi dimana harga non subsidi akan lebih mahal, ada kabar yang mengatakan, bahwa tabung gas elpiji 3 kg yang bersubsidi telah langka dan memaksa masyarakat untuk beralih kepada gas elpiji yang non subsidi.
Ponorogo – Kesal karena tabung gas elpiji 3 kg mengalami kelangkaan sejak awal Ramadan lalu, sejumlah warga di Ponorogo melakukan aksi unjuk rasa tiga hari lalu. (Detik)
Dampaknya tidak hanya kepada harga bahan pokok namun juga berpengaruh kepada hutang yang dimiliki negara kepada luar negeri.
Jakarta – Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI) yang diterbitkan Bank Indonesia (BI) menyebutkan jumlah utang luar negeri (ULN) secara total tercatat US$ 358,7 miliar atau setara dengan Rp 5.021 triliun (kurs Rp 14.000). kompas.com (Kamis, 17 Mei 2018)
Dengan adanya kondisi tersebut akan menuntut masyarakat Indonesia untuk bekerja lebih keras dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka dan pemerintah akan menanggung beban lebih berat dalam memikirkan hutang yang semain menunjak. Hutang negara yang tidak hanya dipengaruhi dari lemahnya harga rupiah namun terdapat bunga hutang yang semakin bertambah dari waktu ke waktu. Dan ada dampak lain yang akan menyusul.
Dari pemaparan problematika yang tengah dihadapi negara Ini, yang kian hari semakin berat dibutuhkan solusi yang mengakar. Solusi mengakar diketahui dengan cara mengetahui akar masalahnya pula. Mengapa demikian? Karena solusi yang mengakar akan menghentikan masalah-masalah yang akan timbul baru. Dengan kata lain, tidak mensolusikan parsial atau sebagian.
Dan ini saatnya Inonesia mulai memikirkan akar dari masalahnya, melibatkan setiap linie masyarakat untuk bergabung dalam memikirkan solusinya. Indonesia harus lebih bijak dan dewasa dalam membuka pikiran untuk siap menampung solusi siapa saja yang bisa menyelesaikan secara mendasar. Diharapkan dengan solusi yang mengakar ini dapat menghentikan masalah ekonomi yang semakin memburuk.