JAKARTA (Panjimas.com) – Menarik kalau kita membaca sebuah cerita yang disampaikan oleh Ustadz Felix Siauw tentang lika-liku perjalanan dakwahnya selama ini. Mulai dari hubungan keluarga antara dirinya dengan ayah kandungnya yang sampai saat ini masih berbeda keyakinan hingga keberpihakan sang ayah kepada dakwah Islam.
Melalui tulisan yang diunggah di akun resminya, pada Senin (18/6), Ustadz Felix Siauw menceritakan hubungan ia dengan orang tuanya.
“Ini orang yang dulu pernah saya benci, tak terhitung berapa kali amarahnya mendarat di badan saya, membekas di hati saya. Waktu-waktu bersamanya adalah siksaan, dia ayah saya,” ungkap Ustadz Felix ketika menulis kisahnya.
Tapi itu dulu, ketika Ustadz Felix dewasa sang ayah banyak berubah dan setelah Ustadz Felix masuk Islam, dirinya diajari cinta, termasuk pada orang tua, maka Ustadz Felix pun mencintai ayahnya dengan sepenuh hati.
“Bahkan, darinya saya belajar banyak berfikir kritis, yang jadi jembatan bagi saya mengenal Islam, beroleh hidayah. Maka sekarang saya terus mendoakannya juga beroleh hidayah,” lanjut Ustadz Felix.
Bagaimana tidak, kediaman dan kendaraan yang dimiliki Ustadz Felix pun diberikan secara cuma-cuma oleh sang ayah. Tidak hanya itu, umrah bersama istri yang pertama kalinya pun ditanggung sang ayah. Tak terhitung support ayahnya dalam dakwah Ustadz Felix.
“Pernah dia bilang, “Lix, bensin biar Papi yang tanggung, jangan pernah minta uang sama orang dari dakwahmu”. Ratusan juta uangnya untuk @ummualila bangun @hijabalila,” tutur Ustadz Felix saat menceritakan keberpihakan sang ayah kepada dakwah Islam.
Orang tua Ustadz Felix memang belum Muslim, tapi keberpihakannya pada Islam sudah ada, ayahnya simpatik pada mereka yang taat. Bahkan belum lama ini, sang ayah memfasilitasi 50 orang lebih untuk Umrah plus Istanbul bareng Ustadz Felix.
Sebagai direktur di Perusahaan Pestisida, sang ayah aktif menyediakan panggung untuk kajian Ustadz Felix. Ayahnya meminta Ustadz Felix memberi kajian pada para petani sampai ke pelosok desa.
“Papi juga selalu update dengan dakwah saya, kemungkinan besar tulisan ini juga dia baca. Tiap saya ke Jatim atau Jateng, selalu ditanya “Lix, ada persekusi lagi nggak?”, begitu,” ujar Ustadz Felix.
Sang ayah telah banyak memakan asam garam selama hidup. Ustadz Felix sebenarnya malu menceritakan siapa yang suka bubarkan kajiannya dan apa sebabnya, namun tanpa Ustadz Felix sampaikan pun ayahnya sudah tahu.
Menurut Ustadz Felix, sang ayah pun sudah tahu bahwa anaknya sangat ingin syariat Islam tegak dan dia tak ada masalah. Suatu kesempatan, malah dia kepergok sedang jelaskan koleganya tentang Khilafah.
“Jadi, Khilafah itu kayak kita orang Kristen, kesatuan spiritual, tapi Khilafah ini juga kesatuan politik, umat Islam kan satu”, saya juga heran, yang Muslim saja mungkin tak paham,” begitu Ustadz Felix menjelaskan.
Satu saat, saat sedang belanja bersama, orang tua wanita Ustadz Felix protes pada dirinya, “Lix, udahlah, jangan terlalu ekstrim, Mami sudah tua, nanti kalau kamu ketangkep polisi gimana?,” katanya.
Ustadz Felix pun menjawab, “Polisi baik-baik orangnya mi, kecuali beberapa aja yang sering muncul hehehe.. Felix nggak salah apa-apa, kenapa ditangkep?”
Selepas dari Ustadz Felix dan Maminya berdebat, maka Papinya menengahi. “Lix, Papi sudah belajar ikhlas kalau harus kehilangan kamu, kamu mungkin benar tapi jalanmu bahaya,” tegas sang ayah.
“Abdul Somad kalau ada apa-apa, orang Melayu maju, Habib punya FPI, kamu kalau ada apa-apa, siapa yang bela, orang kita lari duluan,” seketika itu Ustadz Felix tertawa dan membenarkan perkataan ayahnya.
Afterall, Ustadz Felix hanya ingin memberitahu. Ada yang belum Muslim seperti ayahnya, tapi memfasilitasi dakwah, senang melihat orang taat kepada agama dan bangga punya anak yang melakukan aktifitas berdakwah.
“Dia pernah punya pandangan negatif tentang dakwah, tapi dia mau tanya, dia mau diskusi, toleransi sama pandangan yang tidak sesuai dengan dia, kasih sayang meski beda agama,” ujar Ustadz Felix lagi.
Tapi, ia juga merasa heran bahwa ada yang mengaku Muslim, kerjanya membubarkan kajian, tebar fitnah sana dan sini tentang dakwah, tak suka menerapkan syariat, tak suka Al-Qur’an ketika jadi pedoman, model begini banyak.
“Teriak toleransi pada yang kafir, intoleran pada sesama Muslim, merasa Islamnya paling hebat sedunia, paling asli, lebih hebat dari Islam Arab yang katanya penjajah.” tegas Ustadz Felix.
Di sisi lain, sambung Ustadz Felix, mereka bersalam mesra, riang gembira bersama Israel, penjajah paling biadab di muka bumi, mempermalukan diri dan negeri, katanya ini rahmah dan damai.
“Papi tak perlu dalil “Musa menemui Fir’aun” untuk tahu Israel itu biadab. Papi tak perlu merasa paling NKRI dan Pancasila untuk adakan kajian bukan membubarkannya,” tambah Ustadz Felix.
Ustadz Felix pun memberikan ilustrasi dan perumpamaan perjalanan kisahnya itu dengan sebutan “Amal Yang Tertukar”. Ia pun memohon keikhlasan teman-teman dan jamahnya supaya mendoakan sang ayah agar mendapatkan hidayah. [ES/DP]