BAKU, (Panjimas.com) – Warga Azerbaijan Sabtu (31/03) akhir pekan lalu turun ke jalan-jalan untuk memperingi 100 tahun peristiwa genosida di bulan Maret 1931, yang dilakukan oleh pasukan Armenia bersama-sama dengan kelompok Bolshevik terhadap warga Azerbaijan, dilansir dari Anadolu.
Tanggal 31 Maret diperingati di Azerbaijan sebagai Hari Genosida, “Day of Genocide”, di mana puluhan ribu warga sipil dibantai di Provinsi Guba di negara itu pada tahun 1918.
Warga Azerbaijan, dengan dipimpin oleh Ali Hasanov, Asisten Presiden untuk Urusan Publik dan Politik, serta pejabat senior pemerintah lainnya, berbaris menuju Kompleks Peringatan Genosida Guba.
Dalam aksinya, mereka meneriakkan slogan-slogan melawan terorisme Armenia, kerumunan warga pun banyak berdoa untuk para korban genosida.
Kementerian Luar Negeri Azerbaijan juga mengeluarkan deklarasi untuk hari genosida itu, dan mengutuk keras sikap agresif Armenia.
Dengan mengutip lebih dari 1.000 korban dari Pembantaian Khojaly 1992, deklarasi itu menegaskan bahwa Armenia melanjutkan pembantaian hingga hari ini.
Kemlu Azerbaijan juga mendesak masyarakat internasional untuk melakukan penilaian politik dan hukum yang serius atas kejahatan Armenia terhadap kemanusiaan.
Pembantaian Khojaly 1992 dipandang sebagai salah satu insiden paling berdarah dan paling kontroversial dari perang antara Armenia dan Azerbaijan untuk menguasai wilayah Nagorno Karabakh yang kini diduduki.
Pada 26 Februari 1992, setelah pembubaran Uni Soviet, pasukan Armenia mengambil alih kota Khojaly di Karabakh setelah menghantamnya dengan artileri berat dan tank, dibantu oleh resimen infanteri.
Serangan selama 2 jam itu menewaskan 613 warga Azeri, termasuk 116 perempuan dan 63 anak-anak, dan secara kritis melukai 487 korban lainnya, sementara menurut angka-angka Azerbaijan. 150 jiwa dari total 1.275 warga Azerbaijan yang ditangkap Armenia selama pembantaian itu dilaporkan masih hilang.
CSI: Tragedi Muslim Khojaly 1992 di Azerbaijan Adalah ‘Genosida’
Organisasi yang berbasis Istanbul yakni “Caspian Strategic Institute” pernah menerbitkan sebuah laporan berjudul ‘Khojaly Genocide’ pada peringatan pembantaian Khojaly 1992 di Azerbaijan
Beberapa pakar dan ahli dari Turki dan Azerbaijan telah mengatakan bahwa Tragedi pembantaian Khojaly di 1992 seharusnya digolongkan sebagai ‘genosida’, aksi pemusnahan secara teratur terhadap suatu golongan bangsa.
Mengutip laporan Anadolu, Caspian Strategic Institute (CSI) tahun 2016 lalu, menerbitkan sebuah laporan berjudul “Khojaly Genocide” pada peringatan ke-24 peristiwa ini, yang dimaksudkan untuk menunjukkan tingkat kerusakan massif yang disebabkan oleh pendudukan Armenia di wilayah Barat Azerbaijan.
Dalam konferensi pers di kantor Caspian Strategi Institute (CSI) di Istanbul Turki, anggota Parlemen Azerbaijan, Ganira Pashayeva, mengkritik komunitas internasional untuk lebih memilih sebutan ‘genosida’ daripada ‘massacre’.
“Sudah jelas bahwa itu adalah genosida menurut Konvensi PBB,” katanya. “Sekelompok orang tewas karena asal etnis mereka dan keyakinan Agama mereka [yakni Umat Islam di Khojaly].”
Untuk diketahui, PBB membatasi penggunaan istilah ‘genosida’ untuk “tindakan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan, secara keseluruhan atau sebagian, bangsa, etnis, ras atau agama”.
Laporan yang diterbitkan oleh Caspian Strategic Institute (CSI) menyatakan bahwa sekitar 7.000 bangunan umum, 693 sekolah, 695 fasilitas kesehatan dan 800 kilometer jalan dihancurkan.
Laporan CSI juga mengatakan bahwa invasi pasukan Armenia menyebabkan kepunahan dan hancurnya warisan budaya di Azerbaijan, mencakup 927 Perpustakaan, 464 Monumen bersejarah, 44 Candi, dan 9 Masjid, semua bangunan tersebut hancur berantakan. Selain itu, hampir 40.000 benda Museum juga dilaporkan hilang.
Kini, beberapa Negara telah mengakui Tragedi Khojaly 1992 sebagai sebuah ‘genosida’.
Pasukan Armenia, dibantu oleh Resimen ke-366 Rusia, mengambil alih kota Khojaly di Nagorno-Karabakh pada tanggal 26 Februari 1992, setelah menghantam kota itu dengan artileri berat dan tank, yang dibantu pula oleh resimen infanteri (prajurit darat).
Hanya dengan 2 jam gempuran pasukan Armenia dan Rusia kemudian menewaskan 613 warga sipil Azerbaijan, termasuk 116 perempuan dan 63 anak-anak dan 487 korban lainnya mengalami luka kritis, demikian menurut angka resmi.
Invasi Armenia di wilayah Nagorno-Karabakh Azerbaijan dimulai pada tahun 1988 dengan konflik kecil, akan tetapi konflik tersebut berkembang menjadi perang skala besar pada tahun 1992.
Pada akhir perang di tahun 1994, delegasi Armenia dan Azerbaijan mengadakan pembicaraan mengenai status Nagorno-Karabakh di bawah pengawasan Organization for Security and Co-operation in Europe’s Minsk Group, Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa, Minsk Group.
Pembicaraan sejauh ini tidak menghasilkan hasil dan bentrokan sporadis masih terus berlangsung antara pasukan Armenia dan Azerbaijan.
Saat ini, Nagorno-Karabakh dan 7 Distrik yang berdekatan, yang mencakup lebih dari 20 persen wilayah Azerbaijan, masih di bawah pendudukan Armenia.
Mengenai Tragedi Khojaly 1992 itu, PBB telah mengeluarkan Resolusi melalui Dewan Keamanan Nomor 822, 853, 874 dan 884. Sementara OKI mengeluarkan resolusi No. 15-PE/7-CONF yang dikeluarkan pada tahun 2012 ketika mengadakan Konferensi di Palembang, Indonesia.
Untuk diketahui, Khojaly adalah kota di wilayah Nagorno-Karabakh, Azerbaijan, yang menjadi tempat terjadinya pelanggaran kemanusiaan, genosida oleh pasukan Armenia yang menginvasi daerah tersebut pada 25-26 Februari 1992.[IZ]