KARO, (Panjimas.com) – Puluhan remaja muslim mendatangi Panti Tuna Laras Berastagi, Rabu, 21 Maret lalu. Mereka menemui para tuna-laras alias orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).
Bukan, mereka bukan hendak menyerang ‘’orang gila’’ yang belakangan marak beraksi menyerang kyai di berbagai kota. Sebaliknya, para pelajar SMP-SMA itu memperlakukan penghuni panti seperti orang normal.
Para ODGJ diajak berkumpul. Bercakap-cakap, menyanyi, dan makan-minum bersama.
Namanya pengidap gangguan jiwa, para penghuni panti lebih banyak memberi respon pasif. Makan mau, minum mau, tapi kalau bercakap dan menyanyi lidah mereka jadi kelu. Ekspresi wajah pun datar melulu.
Toh, para remaja itu tidak baper apalagi sampai ngambek. Pantang pula bagi mereka untuk merasa bete.
Padahal, remaja Karo itu memang dari Komunitas Baper. Tapi bukan bawa perasaan, Barisan Pencinta Rasulullah. Perkumpulan ini dirintis aktivis pengajian SMK Negeri 1 Merdeka Berastagi pada Maret 2017.
Berastagi merupakan ibukota Kabupaten karo, yang terletak di kaki Gunung Sinabung. Karenanya, kota dingin ini langganan kena hujan abu erupsi Sinabung.
Melalui diskusi-diskusi rutin, sejak Mei 2017 perkumpulan lebih ditertibkan organisasinya.
Program rutin Baper bersifat mingguan, terdiri BBM (Bersih Bersih Masjid) pada pekan pertama tiap bulannya. Kegiatannya bergotong royong membersihkan masjid atau mushola yang kurang terawat, terutama di daerah yang sulit aksesnya di wilayah Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Pekan kedua Baper mengadakan silaturahim ke Panti Tuna Laras untuk membantu pemulihan para ODGJ. Selain ngobrol, mereka juga mengajak penghuni panti untuk makan, minum, bernyanyi, berpakaian yang layak dan mengaji.
KANTIN (Kajian Rutin) merupakan program pekan ketiga, yakni pengajian yang menghadirkan pembicara dari kalangan ulama, tokoh masyarakat dan pendukung dakwah setempat.
Pada pekan keempat, Baper menyelenggarakan kegiatan lifeskill seperti belajar bela diri, belajar kaligrafi, baca-tulis Qur’an, dan lain-lain.
Seiring peminat yang makin banyak, Baper meluaskan sayap. Kini, tak hanya di kalangan pelajar sekolah menegah di Berastagi, tapi juga Kabanjahe.
Sebagai ajang silaturahim seluruh aktivis, Baper menggelar KABAR atau Kajian Akbar Remaja.
Mereka juga menggelar kegiatan insidentil seperti “Gerakan Karo Love’’, misalnya aksi penggalangan sumbangan untuk Palestina, Rohingya, dan Suriah.
Untuk masyarakat lokal, Baper memilik program Gerakan Seribu Rupiah Untuk Anak Yatim dan GAJAH (Gerakan Remaja Berhijrah).
‘’Untuk mendanai kegiatan-kegiatan pekanan ini, kami iuran sendiri saja. Alhamdulillah, kadang juga ada sumbangan dari tokoh masyarakat seperti Ustadz Ilyas Tarigan dari Pesantren Raudhatul Hasanah Medan,’’ tutur Ketua Baper, Rifki Yudistira.
Siswa SMKN 1 Merdeka kelas 11 itu menambahkan, Baper juga berniat menggelar TALAM (Taddabur Alam) berupa outbond syariah untuk remaja. Di dalamnya termasuk berlatih memanah, renang, dan berkuda.
Ilyas Tarigan, Ketua Lembaga Dakwah Ar Raudhatul Hasanah Medan, sangat mengapresiasi Baper.
‘’Baper ini wadah kegiatan yang sangat fantastik untuk ukuran remaja daerah. Dengan biaya sangat minim dari iuran, mereka melakukan berbagai kegiatan yang sangat bermanfaat, baik bagi masyarakat maupun bagi diri mereka,’’ tutur Ilyas.
Ia mengimbuhkan, di tengah zaman yang semakin mengerikan, dan di tengah daerah persimpangan seperti Berastagi-Kabanjahe, Baper menjadi oase iman dan amal soleh bagi kaum remaja setempat.
‘’Malu kita kalau tidak mendukung secara optimal Komunitas Baper ini,’’ tandas Ilyas Tarigan. [RN]