(Panjimas.com) – Di dunia yang semakin modern dan canggih ini, terasa sekali cobaan dan ujian silih berganti menghampiri kita. baik itu soal muamalah sesama manusia maupun ujian yang mengikis keimanan kita kepada Allah swt. Generasi muda kita pun semakin hari terombang-ambing dalam berbagai arus globalisasi pemikiran dan kemaksiatan.
Ini tentu bukan persoalan yang sepele melainkan suatu permasalahan serius yang harus segera dicarikan solusinya. Dikalangan anak-anak muda saat ini sudah mulai luntur adab-adab islami, etika dan norma-norma dalam kehidupan, dan banyak yang jatuh kedalam lembah seks bebas, LGBT, mengkonsumis obat-obat terlarang dan pelanggran moral lainnya. Maraknya penyelundupan narkoba, seks bebas dan tawuran seakan menjadi tontonan setiap saat. Dan sudah di anggap hal yang lumrah, buktinya pemerintah kita masih belum cukup keras memberikan sangsi kepada para pelaku tersebut.
Kadang kita bertanya siapakah yang bertanggung jawab atas semua kejadian ini? jika hanya sekedar berharap pada pihak-pihak tertentu saja, maka akan problem yang besar ini sulit terselesaikan. Akan tetapi jika semuanya melibatkan diri dalam proses Tarbiyah itu, dan sebisa mungkin melakukan pecegahan-pencegahan lebih awal untuk para generasi muda, niscaya persoalan dan problem negri ini akan mendapatkan solusinya.
Walid Al-Malik berkata “Berhati-hati dengan musuhmu iblis yang tiada mudah melepaskan dirimu. Jika dengan jalan kejahatan dia tidak dapat menggodamu, maka dia akan mendorongmu pada jalan kebaikkan dan dengannya dia akan bawa dirimu pada perasaan kemuliaan diri, riak dan kemegahan diri dengan amal-amalmu.
Kita sadari bersama bahwa generasi muda ini adalah kekuatan sekaligus kebanggaan suatu ummat dan negara. Untuk mengetahui masa depan sebuah ummat atau sebuah bangsa adalah dengan melihat generasi mudanya saat ini. namun jika generasi mudanya rusak maka masa depan ummat dan negara tersebut akan suram.
Dikatakan oleh Mushthafa al-Ghulayain bahwa generasi muda adalah harapan bangsa, di tangan mereka persoalan bangsa dan di bawah kakinya hidup dan matinya suatu bangsa. Krisis akhlak adalah krisis hati nurani sebab akhlak menyangkut hati nurani (qalb). Ulama mengartikan akhlak sebagai sifat yang mendarah daging dalam jiwa. Sifat itulah yang mendorong seseorang melakukan perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa dipikir dan direnungkan terlebih dahulu atau dengan kata lain kehendak yang dibiasakan (adah al-iradah).
Berikut ada 2 point penting yang perlu di laksanakan untuk menyelamatkan generasi muda, diantaranya adalah ; a) menuntut ilmu agama dan giat dalam beribadah. Agama Islam sangat memperhatikan pendidikan bagi generasi muda baik itu dari segi keilmuan maupun keimanan. Setiap permasalah yang menimpa ummat manusia niscaya Allah akan memberikan pertolongan. Hal ini seperti kisah para pemuda yang bersembunyi di dalam gua, mereka melarikan diri dari kejaran sang raja yang bengis. Ditegaskan oleh Allah swt dalam firmannya “ ingatlah ketika para pemuda mencari tempat perlindungan kedalam gua, lalu mereka berdo’a: wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisiMu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami ini. Sampai kepada firman Allah “ Sesungguhnya mereka itu adalah para pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kam tambahkan kepada mereka petunjuk”. (Al-Kahfi: 10-13)
Oleh karena itu tiada jalan lain menyelamatkan generasi muda itu dari dua ancaman berbahaya cobaan syubhat dan syahwat, melainkan dengan menanamkan nilai-nilai ketauhidan dan pendidikan agama yang kuat. Dengan beragama yang benar dan baiklah maka pendidikan itu bisa mencapai tujuannya. Dan melindungi para generasi muda dan terpaan arus kehidupan yang kian hari kian merosot. Ibnu Qayyim Al- Jauziyah berkata “Pandangan mata yang haram akan melahirkan lintasan fikiran, lintasan fikiran kemudian melahirkan ide, ide memunculkan nafsu, lalu nafsu itu melahirkan kehendak, kemudian kehendak itu menguatkan hingga menjadi tekad yang kuat dan biasanya diwujudkan dari amal perbuatan yakni ZINA”.berikutnya b) adalah Tempat atau lembaga pendidikan yang baik.
Tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa lembaga pendidikan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap corak dan karakter masyarakat. Lantas apakah lembaga pendidikan kita, baik yang formal ataupun informal telah mampu mengantarkan peserta didiknya sebagai agen perubahan sosial di masyarakat? Sabda Rasulullah SAW.
Dari Ali R.A ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Didiklah anak-anak kalian dengan tiga macam perkara yaitu mencintai Nabi kalian dan keluarganya serta membaca Al-Qur’an, karena sesungguhnya orang yang menjunjung tinggi Al-Qur’an akan berada di bawah lindungan Allah, diwaktu tidak ada lindungan selain lindungan-Nya bersama para Nabi dan kekasihnya” (H.R Ad-Dailami)
Oleh karena itu hendaknya setiap kita pandai memainkan peran dalam mengagas sebuah lembaga pendidikan yang bermutu, lembaga pendidikan yang mampu membentengi para generasi muda dari arus globalisasi intelektual dan keimanan. Sederhananya adalah di lembaga itu diajarkan kehidupan yang islami, sejak dari bangun tidur sampai tidur kembali, menjaga hijab antara siswa dan siswi, menutup aurat yang sesuai standar agama islam, membangun rutinitas membaca Al-Qur’an dan lain sebagainya. Semua itu sangat mendasar yang harus dibentuk dalam lembaga pendidikan saat ini.
Dan akhinya para generasi muda ini dapat menemukan jati diri yang sesungguhnya dari pendidikan itu. pendidikan yang punya karakter ketauhidan, pendidikan yang punya nilai-nilai keislaman yang tak hanya sekedar dijadikan teori semata, melainkan dapat dijalankan dengan senang hati dan punya kekuatan tarbiyah serta dapat menghantarkan generasi muda menjadi genrasi harapan bangsa dan agama. Wallahua’alam. [RN]
Penulis, Muh. Hamka Syaifudin
Mahasiswa STIT Hidayatullah Batam