KEPULAUAN MENTAWAI, (Panjimas.com) – ‘’Mangaungauk,’’ jawab lirih gadis kecil itu tatkala ditanya dari mana asalnya. Ternyata dia dari Dusun Mangaungauk, Desa Saumanganya, Kecamatan Pagai Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.
Yang membuat Tisna kelu menjawab bukan nama kampungnya yang terdengar lucu. Tapi, kondisi keluarganya. Gadis kelas dua MTs itu berasal dari keluarga broken home. Sudah beberapa tahun orangtuanya bercerai, meskipun masih tinggal sekampung.
Beruntung ia diterima masuk asrama Daarul Ulum Dewan Dakwah Sikakap. Hidup bersama belasan sebaya, adik serta kakak kelasnya.
Selain itu, Tisna juga mendapat bimbingan agama dari Ustadz Agus Nadi, dai Dewan Dakwah.
Nestapa Tisna bukan satu-satunya kisah 43 santri Asrama Dewan Dakwah Daarul Ulum.
Ada lagi Widya, yang masuk asrama tak lama setelah jadi mualaf. Hingga kini, keluarga Widya satu-satunya penduduk muslim di kampungnya.
‘’Bapak-ibu Islam, tapi keluarga ibu bukan,’’ terangnya saat ditemui di Sikakap pada Ahad (4/2) lalu.
Anak-anak asli Mentawai yang kebanyakan wanita itu umumnya berasal dari Dusun Tubeket, Desa Makalo, Kecamtan Pagai Selatan. Dulunya, mereka tinggal di mess dekat Masjid Raya Al Furqon, Sikakap. Masyarakat sekitar mengenal mereka, terutama yang laki-laki, sebagai komunitas yang malas, jorok, maling, dan liar.
Setelah diasramakan dan dibina dai, alhamdulillah mereka berubah. Hidupnya jauh lebih beradab. Bahkan saat ini merajai arena Musabaqah Tilawah maupun Hafidz Quran.
Asrama Daarul Ulum Dewan yang terletak di Dusun Mabolak, Desa Sikakap, Kecamatan Sikakap, Kepulauan Mentawai, diresmikan pada Rabu (15/4/2015) oleh Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia saat itu, KH Syuhada Bahri.
Penghuni asrama adalah pelajar Madrasah Ibtidaiyah (kelas 4-6), Tsanawiyah (kelas 7-9), dan Madrasah Aliyah (kelas 10).
Alhamdulillah, para santri meraih juara I, II, dan III pada MTQ Tingkat Kabupaten Kepulauan Mentawai, akhir November 2014. Mereka mewakili tiga kecamatan sekaligus, yaitu Kecamatan Sikakap, Pagai Utara, dan Pagai Selatan. Di ajang MTQ, para santri berlaga melawan kafilah dari 7 kecamatan lainnya.
Prestasi para santri merupakan buah dari pembinaan para da’i Dewan Dakwah. Mula-mula Ustadz Mochammad Yasir, yang bertugas di Tubeket pada 2011-2012.
Pengabdian Ustadz Yasir dilanjutkan Ustadz Heri Syahmuda Sitorus. Alhamdulillah, di bawah asuhannya bersama guru setempat, anak-anak berhasil masuk tiga besar dalam MTQ dan Musabaqah Tahfidzul Qur’an Tingkat Provinsi Sumatera Barat.
Ustadz Surahman beserta isterinya, kemudian meneruskan dakwah Ustadz Heri. Ketika masa pengabdiannya berakhir, asrama sudah jadi, pembinaan anak-anak itu dilanjutkan oleh Ustadz Agus Nadi dan istri.
Sudah lebih dua tahun keluarga da’i asal Madura itu bertugas di sana. Sampai-sampai anak bontot mereka lahir di Bumi Sikkerei ini.
Anehnya, selama itu pula Ustadz Agus Nadi amat langka memberi kabar, sekadar misalnya berkeluh barang sepatah kata.
Setelah dikunjungi Tim Safari Dakwah Dewan Dakwah, ternyata kejanggalan itu lantaran meninggalkan asrama adalah sebuah kemewahan bagi Ustadz Agus.
”Sebentar saja kita meleng, anak-anak ini bakal bertingkah,” ujarnya tentang polah santri asuhannya.
Sebagian santri kini tengah memasuki masa puber. Tingkahnya seperti cekikikan, menggoda ustadz, mengintip, ngumpet-ngumpet jalan berdua dengan teman sekolah lawan jenis, menerima kunjungan lelaki tetangga asrama, dan semacamnya.
”Saya dan istri harus jadi ‘satpol’ biar pergaulan mereka tidak kebablasan,” kata Agus Nadi sambil tertawa.
Sementara itu, sang istri ustadz curhat, ”Pak, mbok kita ditambahi dai lagi di sini. Yang pasangan suami-istri gitu. Saya sudah kewalahan memegang para santri wanita.”
Tim Safari yang terdiri dari unsur LAZNAS Dewan Dakwah Pusat, Sumbar, dan disertai perwakilan mitra dari LAZNAS Bank Syariah Mandiri (BSM), hanya tersenyum getir. Selalu saja permintaan semacam ini muncul ketika berkunjung ke pedalaman. Sementara, kemampuan STID (Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah) M Natsir maupun Akademi Dakwah Indonesia dalam melahirkan dai, masih sangat terbatas.
Guna menghibur penghuni asrama, pengelola, guru, dan masyarakat sekitar asrama serta orangtua santri, Tim Safari Dewan Dakwah menyerahkan bantuan berupa paket sembako, mukena, kain sarung, beasiswa, dan baju seragam batik. [RN]