KARO, (Panjimas.com) – ‘’Amplopnya saya terima, isinya dikembalikan?’’ seloroh Ustadz Adnan Effendi saat menerima bantuan dari PPPA Daarul Quran. Gerrr, jamaah yang menyaksikannya tertawa lebar. ‘’Buat awak saja,’’ celetuk seorang diantara mereka.
Kegembiraan itu mewarnai Silaturahim dan Rembug Kerja Dai Sinabung di Tigenderket, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Selasa (6/2) siang.
Didukung PPPA Daqu, acara tersebut diikuti para dai yang tergabung dalam IDAS (Ikatan Dai Alkahfi Sinabung). Mereka juru dakwah yang selama ini membina umat Muslim di kaki Gunung Sinabung.
Dai-dai itu merupakan kiriman dari sejumlah lembaga seperti Dewan Dakwah (Jakarta), Lembaga Dakwah Raudhatul Hasanah (Medan), LAZ Ulil Albab (Medan), Yayasan Darmo (Medan), dan AMCF.
Dalam pengantarnya, Ketua IDAS Ustadz Maragading Harahap menjelaskan, wadah para dai ini dibentuk pada 2013. ‘’Waktu itu, penduduk di kaki Sinabung hidup dalam ketidakpastian. Bolak-balik ke pengungisan dan kembali ke rumah. Mereka stress, perlu pendampingan lebih intensif dan tertata,’’ tuturnya.
Untuk itulah, ia dan rekan-rekan membentuk IDAS sebagai wadah koordinasi dakwah. Misalnya untuk mengatur jadwal Jumatan dan pengajian. Juga mengevaluasi dakwah dan mengantisipasi keadaan.
Ustadz Ilyas Tarigan selaku sesepuh IDAS dalam sambutannya mengatakan, tugas para dai sungguh mulia dan berat. Diantaranya, mengembalikan adab sebagai budaya hidup kaum muslim. Sehingga dengan menghidupkan adab Islam, insya Allah bencana alam tertanggulangi.
Ustadz Adnan mengungkapkan, saat ini di Karo juga sudah ada aliran sesat yaitu Syiah dan Tarekat Pendowo Nusantara yang mistis. ‘’Ini terus kita antisipasi jangan sampai meracuni jamaah binaan kita,’’ kata mantan Ketua MUI Kabupaten Karo.
Silaturahim diakhiri dengan pembagian bingkisan berupa kaos, topi, dan tunjangan transportasi. Kemudian para peserta makan siang bersama dengan menu yang ‘’luar biasa’’ alias tidak setiap hari ketemu.
Usai dhuhur, sebanyak 43 santri asuhan Ustadz Maragading juga mendapat bingkisan dari Daqu. ‘’Alhamdulillah, makasih,’’ ucap seorang bocah yang pernah terseret arus lahar dingin Gunung Sinabung. [RN]